Jakarta (ANTARA News) - PT Bank Central Asia Tbk mengantongi laba bersih konsolidasi Rp16,8 triliun hingga kuartal III 2017 atau naik 11,3 persen dibandingkan perolehan periode yang sama tahun lalu (year on year/yoy), yang sebesar Rp15,1 triliun.

Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja di Jakarta, Kamis, menjelaskan peningkatan laba bersih oleh karena pertumbuhan penyaluran kredit yang terjaga di dua digit sebesar 13,9 persen, dan juga meningkatnya pendapatan non bunga sebesar 10,6 persen (yoy).

"Kami kelola hati-hati juga sebagai bagian penting dalam upaya mempertahankan pertumbuhan laba yang positif," ujar Jahja.

Pendapatan operasional BCA tercatat tumbuh 5,2 persen hingga September 2017 atau menjadi Rp41,7 triliun, dengan rincian pendapatan bunga sebesar Rp30, 97 triliun dan non bunga sebesar Rp10,7 triliun.

Dari sisi intermediasi, total penyaluran kredit mencapai Rp440 triliun pada akhir September 2017 atau naik 13,9 persen.

Meskipun pertumbuhan kredit mencapai dua digit hingga September 2017, Jahja masih memasang target moderat untuk pertumbuhan kredit akhir tahun yakni sembilan persen. Penyebabnya adalah, Jahja melihat, permintaan kredit yang belum begitu menggeliat, meskipun diperkirakan tetap tumbuh di kuartal IV 2017.

Hingga September 2017, kredit korporasi menjadi penyokong intermediasi BCA dengan realisasi sebesar Rp161,5 triliun atau naik 21,2 persen. Kemudian, kredit konsumer yang tumbuh 20,6 persen menjadi Rp128,3 triliun dan kredit komersial dan UKM tumbuh 2,4 persen menjadi Rp150 triliun.

"Dalam portofolio kredit konsumer, Kredit Pemilikan Rumah (KPR) mencatat pertumbuhan sebesar 26,8 persen menjadi Rp78, 8 triliun, berkat penawaran produk dengan struktur tertentu dan tingkat suku bunga yang kompetitif," kata Jahja.

Sementara, di lini konsumer lainya, Kredit Kendaraan Bermotor (KKB) dan kartu kredit masing-masing meningkat 11,4 persen menjadi Rp38,5 triliun dan 13,4 persen menjadi Rp11 triliun.

Kualitas kredit BCA tercermin dari rasio kredit bermasalah (NPL) perseroan yang sebesar 1,5 persen atau sama dengan periode kuartal III tahun lalu. Adapun rasio cadangan kerugian kredit sebesar 190,8 persen.

Jahja melihat BCA tidak mengalami masalah dalam likuiditas. Bahkan, BCA tampak sangat hati hati dalam menyalurkan kredit karena rasio kredit terhadap pendanaan (Loan to Fund Ratio/LFR) sebesar 74,7 persen, di bawah ketentuan Bank Indonesia sebesar 78-92 persen.

Likuiditas tersebut ditopang dana pihak ketiga (DPK) yang meningkat 16,5 persen menjadi Rp574,4 triliun. Porsi dana murah (CASA) masih mendominasi sebesar 74,5 persen dari total DPK, dengan mencatatkan Rp428 triliun. Sementara, deposito menggelembung atau naik 36 persen menjadi Rp146, 4 triliun.

Dengan capaian DPK dan kredit itu, total aset BCA naik sebesar 12,1 persen dari Rp738,2 triliun menjadi Rp739, 88 triliun.