Jakarta (ANTARA News) - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan menanggapi kritik yang disampaikan sejumlah alumni Institut Teknologi Bandung (ITB) yang mengesankan ada ahli lulusan kampus itu membenarkan dan mendukung pencabutan moratorium reklamasi Teluk Jakarta.

"Saya tidak pernah mengatakan Ikatan Alumni ITB mendukung reklamasi," demikian keterangan tertulis Luhut di Jakarta, Kamis.

Ia mengemukakan hal tersebut berkaitan dengan hal-hal yang disampaikannya di Medan, Sumatera Utara, saat diwawancarai wartawan, dan menyebut nama Ridwan Djamaluddin yang menjadi Ketua Tim Kajian Reklamasi adalah juga Ketua Ikatan Alumni ITB.

Luhut menyarankan alumni ITB yang menyampaikan kritik untuk membaca kembali apa yang disampaikannya kepada wartawan di kantor Badan Otoritas Pariwisata Danau Toba (BOPDT) Medan pada 6 Oktober 2017.

Berikut adalah transkrip kutipan pernyataan tersebut: "Semua itu ketuanya adalah Pak ini, mana ini Pak Ridwan ini, Pak Ridwan itu ketua alumni ITB, itu tim yang membuat kajian itu jadi ada (alumni) ITB, ada Bappenas, semua kementerian K/L terkait, kemudian ada Jepang, ada Korea, ada Belanda, mau apa lagi?"

Oleh karena itu, Luhut meminta mereka yang berkeberatan untuk membaca lagi transkrip atau menyimak rekamannya agar bisa menunjukkan bagian mana dari pernyataan tersebut yang mengatakan ITB mendukung reklamasi.

"Mereka kan cendekiawan, tapi mengapa membuat protes untuk hal yang seakan-akan. Kalau tidak jelas maksud pernyataan saya kan bisa ditanyakan langsung kepada saya," katanya.

Luhut pun mengutip pernyataan para alumni yang mengkritik, "Sekarang ini jadi rancu seakan-akan alumni ITB mendukung reklamasi."

"Kalau masih seakan-akan berarti kan ada ketidakjelasan. Saya sarankan untuk bertanya dulu kepada saya, pasti akan saya jelaskan dengan senang hati," ujarnya.

Ia pun menjelaskan bahwa penyebutan status Deputi Bidang Koordinasi Kemenko Kemaritiman Ridwan Djamaluddin, yang juga Ketua Ikatan Alumni ITB, adalah sebagai bentuk penghargaan terhadap kualitas alumni ITB dalam menangani isu strategis nasional.

"Jika saya menyebut ITB, itu dalam konteks bangga terhadap ITB," demikian Luhut Binsar Pandjaitan.