Bangkok (ANTARA News) - Di tengah pukulan genderang, tiupan seruling kuno dan penghormatan artileri, Thailand memulai upacara rumit yang mahal guna mengawali ritual kremasi kuno mewah untuk mendiang Raja Bhumibol Adulyadej pada Kamis.
Ratusan ribu pelayat berbaris di jalanan Bangkok untuk menyaksikan prosesi pemakaman itu, dengan bangunan-bangunan di jalur pemakaman berhias bunga marigold kuning pada malam perabuannya.
Para pelayat, yang berpakaian hitam, bermalam di terpal tipis di trotoar dekat Istana Raja Bangkok agar dapat melihat pemakaman dengan baik.
"Ini ucapan selamat tinggal terakhir. Saya sangat mencintai dan
merindukannya. Sangat sulit menjelaskannya," kata Pimsupak Suthin (42) sambil menangis. Ia melakukan perjalanan ke Bangkok dari provinsi utara,
Nan, untuk melihat pemakaman itu.
Para pejabat yang berpakaian biru dan oranye mengeluarkan guci emas simbolis
dari balai tahta Dusit Maha Prasart pada awal upacara tersebut.
Jasad raja itu, yang terbaring di istana sejak
kematiannya setahun lalu, dipindahkan ke tempat perabuan pada Rabu
malam.
Raja baru Maha Vajiralongkorn, putra tunggal Raja Bhumibol, tiba di Istana Raja mengenakan seragam merah beserta kedua putri dan anak laki-lakinya.
Dia memimpin nyanyian rohani saat guci itu dilepas oleh tentara dan dimasukkan ke kereta emas. Anggota penting lain dari keluarga kerajaan Thailand berjalan di belakang guci tersebut.
Semua stasiun televisi di Thailand menyiarkan upacara yang membangkitkan citra kolosal Siam, nama Thailand terdahulu.
Pejabat yang bertanggung jawab atas upacara tersebut mengatakan bahwa sekitar 110.000 anggota warga berkumpul di dekat tempat kremasi dan 200.000 lagi berada di daerah berdekatan di pusat sejarah kota tersebut menurut siaran kantor berita Reuters. (Uu.KR-DVI)
Bangkok berhias bunga kuning saat prosesi kremasi Raja
26 Oktober 2017 14:04 WIB
Arsip Foto. Pelayat menunggu matahari terbenam untuk melewati pemeriksaan keamanan untuk upacara Raja Bhumibol Adulyadej di dekat Istana Kerajaan di Bangkok, Thailand, Rabu (25/10/2017). (REUTERS/Damir Sagolj)
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2017
Tags: