Kota Gaza (ANTARA News) - Yehya Sinwar, Kepala Gerakan Perlawanan Islam (HAMAS) di Jalur Gaza, pada Selasa (24/10) mengumumkan pos penyeberangan daerah kantung tersebut akan diserahkan kepada Pemerintah Otonomi Nasional Palestina (PNA) pada 31 Oktober.

Sinwar mengeluarkan pernyataannya selama satu pertemuan yang diselenggarakan di Kota Gaza --kota pelancongan di tepi laut-- dengan pemimpin serikat kerja dan organisasi lokal di Jalur Gaza.

HAMAS telah sepakat untuk menyerahkan wewenang kepada PNA dalam kesepakatan perujukan yang diperantarai Mesir dan dicapai antara HAMAS dan Faksi Fatah, pimpinan Presiden Palestina Mahmoud Abbas, di Ibu Kota Mesir, Kairo, pada 12 Oktober.

"HAMAS bermaksud menghilangkan semua perbedaan pendapat internal, terutama dengan Fatah, serta dengan semua negara," kata Sinwar, sebagaimana dikutip Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Rabu malam. Ia menambahkan, "HAMAS membuat keputusan strategis untuk mewujudkan perujukan internal dan tak bermaksud menyesalkannya atau mundur dari itu."

HAMAS dengan menggunakan kekuatan telah merebut kekuasaan atas Jalur Gaza pada pertengahan 2007 dan mengusir pasukan keamanan Abbas. Sejak itu, pertikaian dan perbedaan pendapat antar-faksi yang bertikai telah mengubah kehidupan lebih dari dua juta orang Gaza ke dalam penderitaan.

"Kami akan membakar semua jembatan yang dilewati perujukan internal sebab kami tak ingin mundur atau kembali titik awal," kata Sinwar, yang dipilih sebagai pemimpin gerkana itu di Jalur Gaza pada Maret.

Ketika ditanya mengenai senjata sayap bersenjata kelompoknya, Brigade Al-Qassam, Sinwar menjawab, "Senjata ini adalah milik rakyat Palestina, jadi kami mengumpulkan dan mengembangkan senjata kami untuk menggunakannya bagi pembebasan dan bukan buat konflik internal."

Ia juga menyeru Presiden Palestina Mahmoud Abbas agar mengunjungi Jalur Gaza dan memimpin pertemuan Komite Sentral Faksi Fatah pimpinannya dan pertemuan Komite Pelaksana Organisasi Pembebasan Palestina.

(Uu.C003)