Kulon Progo (ANTARA News) - Pemerintah Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, bekerja sama dengan PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) melepasliarkan 250 tukik di kawasan Pantai Trisik.

Manajer PT PLN (Persero) Aera Yogyakarta Eric Rossi Priyo Nugroho di Kulon Progo, Rabu, mengatakan pihaknya memberikan bantuan Rp100 juta kepada Kelompok Konservasi Penyu Abadi Trisik untuk menyelamatkan tukik dari habitatnya.

"Pantai Trisik merupakan salah satu pantai yang sering menjadi tempat pendaratan dan peletakan telur penyu, khususnya jenis penyu lelang. Kami terpanggil untuk melakukan pendampingan dalam menjaga habitat penyu di Trisik," katanya.

Ia mengatakan bantuan dari PLN diwujudkan dalam bentuk pembangunan infrastruktur dasar, pendampingan manajemen sampah, pendampingan manajemen kelompok konservasi, pendampingan sarana informasi, dan pendampingan lainnya.

"Di wilayah Kulon Progo, kami juga melakukan pendampingan di Desa Wisata Mudal dan pengembangan kawasan bunga krisan Gerbosari," katanya.

Bupati Kulon Progo Hasto Wardoyo mengatakan tidak semua kabupaten memiliki kawasan konservasi tukik. Panjang pantai di Kulon Progo sepanjang 24 kilometer, tepatnya di Pantai Trisik menjadi salah satu lokasi pendaratan penyu untuk bertelur.

"Untuk itu, perlu kita jaga kelestariannya. Semua pihak terlibat dalam menjaga ekosistem penyu, supaya penyu mendarat di Kulon Progo," katanya.

Hasto mengatakan pemkab akan melakukan interversi budi daya atau konservasi penyu, dengan menerjunkan Dinas Lingkungan Hidup untuk melakukan pemantauan kondisi lingkungan setiap Juni hingga Agustus. Bulan-bulan ini merupakan waktu penyu bertelur.

"Kami minta DLH dan masyarakat bersama-sama mewujudkan habitat penyu, sehingga kelestariannya terjaga," kata dia.

Ketua Kelompok Konservasi Penyu Abadi Trisik Joko Samudra mengatakan dari 2004 sampai sekarang ditemukan 91 sarang telur penyu di kawasan Pantai Trisik dan melepasliarkan 9000-an tukik ke laut. Sejak tiga tahun terakhir, temuan sarang telur penyu mengalami penurunan 35 persen sampai 40 persen karena gangguan lingkungan.

Gangguan tersebut meliputi adanya cahaya lampu, dan suara diesel di tepi pantai, sehingga penyu tidak mendarat. Pada 2017 ini, ditemukan empat sarang telur, dan setiap sarang terdapat 100 butir telur.

"Dari 400 butir telur, 90 persen menetas. Jumlah temuan sarang setiap tahun mengalami penurunan karena gangguan lingkungan," katanya.