KONI proyeksikan 16 cabor prioritas Asian Games
23 Oktober 2017 20:41 WIB
Logo Dan Maskot Asian Games 2018 Pegawai memegang Logo dan tiga maskot Asian Games Ke-18 Tahun 2018 ketika diperkenalkan di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis (28/7/2016). Logo yang menggambarkan sketsa grafis tampak atas Stadion Utama Gelora Bung Karno (GBK) dengan simbol ASIAN Games berupa matahari di bagian tengahnya mencerminkan Energy of Asia. (ANTARA FOTO/Widodo S. Jusuf) ()
Jakarta (ANTARA News) - Komite Olahraga Nasional Indonesia memproyeksikan 16 cabang olahraga prioritas kontingen Merah-Putih menjelang Asian Games 2018 menyusul 23 cabang olahraga prioritas yang telah ditetapkan Satuan Pelaksana Program Indonesia Emas (Satlak Prima).
"Kami baru membaca ada 16 cabang olahraga. Tapi, kami akan mematangkan lebih lanjut karena semakin banyak cabang yang berpotensi berarti semakin bagus," kata Wakil I Ketua Umum KONI Pusat Suwarno selepas rapat koordinasi KONI dengan pengurus cabang-cabang olahraga di Jakarta, Senin.
Meskipun menolak untuk menyebut 16 cabang olahraga itu, Suwarno mengatakan sebanyak 16 cabang olahraga prioritas itu bukan hanya untuk atlet-atlet utama tetapi juga atlet-atlet pelapisnya.
"Tapi, kami belum bicara kuota atlet. Hanya nomor pertandingan saja dan itu tidak berubah dari total 462 nomor," kata Suwarno.
Pertemuan KONI dengan pengurus induk cabang-cabang olahraga itu termasuk pemetaan nomor-nomor potensial medali bagi Indonesia dalam Asian Games 2018.
"KONI tidak memutuskan nomor pertandingan Asian Games. Itu kewenangan cabang olahraga dengan INASGOC dan mereka akan berkoordinasi dengan federasi internasional serta OCA," ujar Suwarno.
KONI, menurut mantan Kepala Satlak Prima itu, memproyeksikan 12 nomor pertandingan potensial bagi Indonesia dalam Asian Games 2018.
"Ada beberapa nomor pertandingan dalam beberapa cabang yang kelihatan. Misalnya tinju yang menyampaikan dapat berpartisipasi dalam tiga nomor, sedangkan balap sepeda pada disiplin BMX hanya dua nomor. Kami masih menunggu nomor lain yang belum masuk," kata Suwarno.
Sebelumnya, Satlak Prima menetapkan 23 cabang prioritas jelang Asian Games 2018. Cabang-cabang itu adalah angkat besi, atletik, balap sepeda, bola boling, bridge, bulu tangkis, dayung, jet ski, judo, karate, kano, menembak, panahan, panjat tebing, paralayang, pencak silat, renang, soft-tenis, taekwondo, tinju, voli pantai, dan wushu.
"Kami baru membaca ada 16 cabang olahraga. Tapi, kami akan mematangkan lebih lanjut karena semakin banyak cabang yang berpotensi berarti semakin bagus," kata Wakil I Ketua Umum KONI Pusat Suwarno selepas rapat koordinasi KONI dengan pengurus cabang-cabang olahraga di Jakarta, Senin.
Meskipun menolak untuk menyebut 16 cabang olahraga itu, Suwarno mengatakan sebanyak 16 cabang olahraga prioritas itu bukan hanya untuk atlet-atlet utama tetapi juga atlet-atlet pelapisnya.
"Tapi, kami belum bicara kuota atlet. Hanya nomor pertandingan saja dan itu tidak berubah dari total 462 nomor," kata Suwarno.
Pertemuan KONI dengan pengurus induk cabang-cabang olahraga itu termasuk pemetaan nomor-nomor potensial medali bagi Indonesia dalam Asian Games 2018.
"KONI tidak memutuskan nomor pertandingan Asian Games. Itu kewenangan cabang olahraga dengan INASGOC dan mereka akan berkoordinasi dengan federasi internasional serta OCA," ujar Suwarno.
KONI, menurut mantan Kepala Satlak Prima itu, memproyeksikan 12 nomor pertandingan potensial bagi Indonesia dalam Asian Games 2018.
"Ada beberapa nomor pertandingan dalam beberapa cabang yang kelihatan. Misalnya tinju yang menyampaikan dapat berpartisipasi dalam tiga nomor, sedangkan balap sepeda pada disiplin BMX hanya dua nomor. Kami masih menunggu nomor lain yang belum masuk," kata Suwarno.
Sebelumnya, Satlak Prima menetapkan 23 cabang prioritas jelang Asian Games 2018. Cabang-cabang itu adalah angkat besi, atletik, balap sepeda, bola boling, bridge, bulu tangkis, dayung, jet ski, judo, karate, kano, menembak, panahan, panjat tebing, paralayang, pencak silat, renang, soft-tenis, taekwondo, tinju, voli pantai, dan wushu.
Pewarta: Imam Santoso
Editor: Gilang Galiartha
Copyright © ANTARA 2017
Tags: