Jakarta (ANTARA News) - Badan-badan di bawah PBB akan menggelar konferensi di Jenewa esok Senin untuk menyiapkan dana 434 juta dolar AS atau sekitar Rp5,8 triliun sebagai dana tanggap darurat untuk krisis pengungsi Rohingya di Bangladesh di mana hampir 600.000 orang telah menyeberang ke Bangladesh guna menghindari kekerasan di Myanmar.

Krisis itu bermula setelah serangan 25 Agustus ke pos-pos polisi Myanmar oleh pemberontak Rohingya yang memicu penumpasan buas oleh militer Myanmar sehingga mendorong setengah juta warga Rohingya mengungsi ke Bangladesh yang merupakan tercepat dalam sejarah.

PBB menuduh militer Myanmar telah melancarkan kampanye pembersihan etnis yang kemudian dibantah pemerintah Aung San Suu Kyi.

Delapan pekan kemudian setelah 25 Agustus itu, arus pengungsi Rohingya terus saja mengalir ke Bangladesh. Padahal sebelum mereka tiba, sudah 400.000 pengungsi Rohingya menempati kamp-kamp pengungsi Bangladesh akibat kekerasan serupa pada 1970-an, 1990-an dan Oktober 2016.

UNICEF menyebutkan 60 persen pengungsi Rohingya adalah anak-anak yang kebanyakan terserang malnutrisi yang akut.

UNICEF sudah mengajukan dana 76 juta dolar AS untuk kehidupan anak-anak pengungsi ini. Sedangkan Program Pangan Dunia WFP memerlukan 77 juta dolar AS untuk memberi makan satu juta pengungsi Rohingya.

Sementara itu Amnesti Internasional meminta negara-negara Asia ikut menanggung beban yang sekarang dipikul Bangladesh.

"Lebih banyak lagi negara, khususnya dari Asia, mesti memainkan peran yang jauh lebih besar dan ikut menanggung beban tanggung jawab," kata Omar Waraich, Wakil Direktur Asia Selatan Amnestin Internasional dalam laman Time.