Rupiah kamis sore menguat ke Rp13.486
19 Oktober 2017 17:05 WIB
Nilai Tukar Rupiah Karyawan menghitung pecahan uang dolar Amerika di Jakarta, Jumat (5/6/15). Nilai tukar rupiah terkoreksi sebesar 9 poin atau 0,07 persen ke Rp 13.290 per dolar Amerika, setelah sebelumnya bergerak di kisaran Rp 13.280-Rp 13.307 per dolar Amerika. (ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari) ()
Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Kamis sore, bergerak menguat sebesar 27 poin menjadi Rp13.486 dibandingkan sebelumnya pada posisi Rp13.513 per dolar Amerika Serikat (AS).
"Dolar AS cenderung melemah terhadap mayoritas mata uang dunia dipicu data sektor perumahan Amerika Serikat yang pesimis," kata Kepala Riset Monex Investindo Futures, Ariston Tjendra di Jakarta, Kamis.
Ia mengemukakan bahwa Departemen Perdagangan Amerika Serikat melaporkan jumlah rumah yang akan di bangun dan ijin membangun bangunan pada September turun 4,7 persen, di bawah ekspektasi pasar.
Di sisi lain, lanjut dia, pelaku pasar juga masih cukup berhati-hati untuk masuk ke aset berdenominasi dolar AS seraya mencermati pengganti Ketua the Fed Janet Yellen. Kandidat yang dianggap "hawkish" terhadap suku bunga acuan Amerika Serikat dapat mendorong dolar AS kembali terapresiasi.
Analis Binaartha Sekuritas Reza Priyambada menambahkan bahwa ekspektasi pasar terhadap kebijakan Bank Indonesia mengenai suku bunga acuan yang akan dipertahankan menjaga nilai tukar rupiah stabil dengan kecenderungan menguat.
"Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia berlangsung pada 18-19 Oktober 2017, suku bunga saat ini di level 4,25 persen masih dianggap cukup positif menjaga pertumbuhan ekonomi nasional ke depannya," katanya.
Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada kamis (19/10) mencatat nilai tukar rupiah bergerak melemah ke posisi Rp13.521 dibandingkan posisi sebelumnya Rp13.514 per dolar AS.
"Dolar AS cenderung melemah terhadap mayoritas mata uang dunia dipicu data sektor perumahan Amerika Serikat yang pesimis," kata Kepala Riset Monex Investindo Futures, Ariston Tjendra di Jakarta, Kamis.
Ia mengemukakan bahwa Departemen Perdagangan Amerika Serikat melaporkan jumlah rumah yang akan di bangun dan ijin membangun bangunan pada September turun 4,7 persen, di bawah ekspektasi pasar.
Di sisi lain, lanjut dia, pelaku pasar juga masih cukup berhati-hati untuk masuk ke aset berdenominasi dolar AS seraya mencermati pengganti Ketua the Fed Janet Yellen. Kandidat yang dianggap "hawkish" terhadap suku bunga acuan Amerika Serikat dapat mendorong dolar AS kembali terapresiasi.
Analis Binaartha Sekuritas Reza Priyambada menambahkan bahwa ekspektasi pasar terhadap kebijakan Bank Indonesia mengenai suku bunga acuan yang akan dipertahankan menjaga nilai tukar rupiah stabil dengan kecenderungan menguat.
"Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia berlangsung pada 18-19 Oktober 2017, suku bunga saat ini di level 4,25 persen masih dianggap cukup positif menjaga pertumbuhan ekonomi nasional ke depannya," katanya.
Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada kamis (19/10) mencatat nilai tukar rupiah bergerak melemah ke posisi Rp13.521 dibandingkan posisi sebelumnya Rp13.514 per dolar AS.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2017
Tags: