Industri pengepakan Indonesia terus berkembang
17 Oktober 2017 23:07 WIB
Arsip: Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto (kanan) mengunjungi PT Berlina Tbk yang merupakan produsen kemasan plastik dan pengepakan di Cikarang, Bekasi, Jawa Barat (ANTARA News/Try Reza Essra)
Jakarta (ANTARA News) - Industri pengepakan Indonesia akan terus berkembang sejalan dengan meningkatnya konsumsi masyarakat terhadap makanan dan minuman, selain didorong oleh terus bertambahnya jumlah penduduk.
"Dengan adanya prediksi dari Institut Global McKinsey yang menyatakan ekonomi Indonesia akan terbesar ketujuh di dunia, industri pengepakan nasional pun akan terus berkembang," kata Direktur Pengembangan Bisnis Federasi Pengemasan Indonesia Ariana Susanti kepada pers di Jakarta, Selasa.
Hal tersebut disampaikan terkait dengan penyelenggaraan pameran dagang internasional, khusus makanan dan minuman "Anuga Foodtec 2018" pada tanggal 20 s.d. 23 Maret 2018 di Koln, Jerman.
Menurut dia, semua makanan dan minuman, termasuk untuk kebutuhan farmasi membutuhkan pengepakan baik untuk alasan higienis maupun keindahan sehingga industri tersebut dari waktu ke waktu terus membutuhkan inovasi yang lebih modern.
Pengepakan makanan di Indonesia selama 2015 s.d. 2018 tumbuh 11,9 persen. Khusus untuk minuman ringan merupakan yang terbesar di kawasan ASEAN, sekalipun jika dilihat dari percepatan pertumbuhan kalah dari Thailand dan Vietnam.
"Sekalipun industri pengepakan makanan dan minuman memberikan prospek yang besar, pengusaha makanan dan minuman tetap harus mampu memiliki teknologi baru, inovasi serta desain pengepakan yang menarik agar produknya bisa bersaing dengan produk impor," katanya.
Chief Operating Officer Koelnmesse GmbH Katharina C. Hamma mengatakan bahwa pengusaha makanan dan minuman Indonesia diundang untuk hadir serta ikut pameran dagang internasional khusus makanan dan minuman Anuga Foodtec 2018.
"Pameran tersebut adalah terbesar yang diadakan setiap 3 tahun sekali dan menjadi ajang pertemun bisnis bagi pengusaha makanan dan minuman sedunia," kata kepada pers di Jakarta, Selasa.
Ia mengatakan bahwa pameran tersebut selama ini juga menjadi acuan bagi pengusaha makanan dan minuman sedunia untuk mencari mitra bisnis serta memamerkan industri terkini makanan dan minuman yang datang dari berbagai negara.
Jika melihat jumlah pengunjung, katanya, setiap penyelenggaraan selalu menunjukkan peningkatan, yakni pada tahun 2009 sebanyak 33.847 pengunjung, kemudian naik pada tahun 2012 menjadi 42.986 pengunjung, lalu pada tahun 2015 naik lagi sebanyak 45.521 pengunjung.
Demikian pula, jumlah peserta pameran, pada tahun 2009 mencapai 1.210 perusahaan, naik menjadi 1.320 perusahaan, dan pada tahun 2015 sebanyak 1.501 perusahaan.
"Melihat dari jumlah pengunjung dan perusahaan yang terlibat tersebut, pameran tersebut memang sudah menjadi acuan bagi pengusaha makanan dan minuman sedunia," katanya.
Dalam pameran tersebut, pengusaha makanan dan minuman Indonesia juga bisa datang dan menyaksikan berbagai kemajuan industri makanan dan minuman, serta menjajaki kemungkinan peluang melakukan bisnis dengan pengusaha dari berbagai negara.
(T.A025/D007)
"Dengan adanya prediksi dari Institut Global McKinsey yang menyatakan ekonomi Indonesia akan terbesar ketujuh di dunia, industri pengepakan nasional pun akan terus berkembang," kata Direktur Pengembangan Bisnis Federasi Pengemasan Indonesia Ariana Susanti kepada pers di Jakarta, Selasa.
Hal tersebut disampaikan terkait dengan penyelenggaraan pameran dagang internasional, khusus makanan dan minuman "Anuga Foodtec 2018" pada tanggal 20 s.d. 23 Maret 2018 di Koln, Jerman.
Menurut dia, semua makanan dan minuman, termasuk untuk kebutuhan farmasi membutuhkan pengepakan baik untuk alasan higienis maupun keindahan sehingga industri tersebut dari waktu ke waktu terus membutuhkan inovasi yang lebih modern.
Pengepakan makanan di Indonesia selama 2015 s.d. 2018 tumbuh 11,9 persen. Khusus untuk minuman ringan merupakan yang terbesar di kawasan ASEAN, sekalipun jika dilihat dari percepatan pertumbuhan kalah dari Thailand dan Vietnam.
"Sekalipun industri pengepakan makanan dan minuman memberikan prospek yang besar, pengusaha makanan dan minuman tetap harus mampu memiliki teknologi baru, inovasi serta desain pengepakan yang menarik agar produknya bisa bersaing dengan produk impor," katanya.
Chief Operating Officer Koelnmesse GmbH Katharina C. Hamma mengatakan bahwa pengusaha makanan dan minuman Indonesia diundang untuk hadir serta ikut pameran dagang internasional khusus makanan dan minuman Anuga Foodtec 2018.
"Pameran tersebut adalah terbesar yang diadakan setiap 3 tahun sekali dan menjadi ajang pertemun bisnis bagi pengusaha makanan dan minuman sedunia," kata kepada pers di Jakarta, Selasa.
Ia mengatakan bahwa pameran tersebut selama ini juga menjadi acuan bagi pengusaha makanan dan minuman sedunia untuk mencari mitra bisnis serta memamerkan industri terkini makanan dan minuman yang datang dari berbagai negara.
Jika melihat jumlah pengunjung, katanya, setiap penyelenggaraan selalu menunjukkan peningkatan, yakni pada tahun 2009 sebanyak 33.847 pengunjung, kemudian naik pada tahun 2012 menjadi 42.986 pengunjung, lalu pada tahun 2015 naik lagi sebanyak 45.521 pengunjung.
Demikian pula, jumlah peserta pameran, pada tahun 2009 mencapai 1.210 perusahaan, naik menjadi 1.320 perusahaan, dan pada tahun 2015 sebanyak 1.501 perusahaan.
"Melihat dari jumlah pengunjung dan perusahaan yang terlibat tersebut, pameran tersebut memang sudah menjadi acuan bagi pengusaha makanan dan minuman sedunia," katanya.
Dalam pameran tersebut, pengusaha makanan dan minuman Indonesia juga bisa datang dan menyaksikan berbagai kemajuan industri makanan dan minuman, serta menjajaki kemungkinan peluang melakukan bisnis dengan pengusaha dari berbagai negara.
(T.A025/D007)
Pewarta: Ahmad Wijaya
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2017
Tags: