Jakarta (ANTARA News) - Bot adalah bagian dari pengguna Twitter yang berkembang pesat, dan kemungkinan akan terus muncul bersama dengan kicauan orang-orang itu sendiri.

Bot Twitter bisa dianggap sebagai program otonom atau entitas yang menghasilkan konten sosial, beberapa di antaranya tidak berbahaya, seperti pembaruan olahraga.


Namun ada juga yang berbahaya dan terpolarisasi - seperti lebih dari 1.600 bot terkenal yang meniru pandangan sayap kanan ekstrem selama masa kampanye Pemilu Presiden Amerika Serikat 2016 lalu, menurut laporan Bloomberg.

Pengaruh bot cukup kuat, dan sebagian besar kekuatan ini berasal dari angka. Awal tahun ini, peneliti dari University of Southern California dan Indiana University menyebutkan bahwa 9 hingga 15 persen pengguna Twitter sebenarnya adalah bot.




Twitter memiliki sekitar 328 juta pengguna di seluruh dunia, sehingga perkiraan terendah pun mencapai 30 juta bot.

Namun, untuk Twitter, populasi bot yang cukup besar ini bukanlah kenyataan yang tidak mungkin, karena membuat media sosial tersebut terlihat lebih populer dan berpengaruh.




Jika Twitter menjadi ahli dalam menghilangkan bot pada platformnya, nilai layanan bagi pengiklan dan investor kemungkinan akan sangat berpengaruh.

Pada Juli lalu, laporan penghasilan dan pengguna Twitter membuktikan situasi keuangan perusahaan tersebut yang sedikit lemah.




Twitter mengatakan memiliki 328 juta pengguna, yang menunjukkan pertumbuhan nol dari bulan Maret.




Sebaliknya, Facebook melaporkan bahwa pihaknya menambahkan 70 juta pengguna baru selama periode yang sama.




Terlebih lagi, pendapatan iklan Twitter turun dari titik yang sama pada 2016, dari 535 juta dolar AS sampai 489 juta dolar AS.

Hasilnya? Investor tidak menyukai hal ini, dan saham Twitter merosot 13 persen.

Begitu populernya digunakan Twitter oleh politisi, media, dan publik, dibutuhkan semua keterlibatan sosial yang dapat diperoleh dari para penggunanya untuk menunjukkan kepada pengiklan seberapa banyak dilihat platformnya. Ini berarti retweet, like dan komentar.

Berbicara soal itu, Twitter berupaya untuk melawan bot dan spam yang menyebarkan informasi tidak benar yang dimaksudkan untuk mengganggu proses pemilihan. Dalam posting blog tanggal 28 September, Twitter mengatakan telah mengidentifikasi lebih dari 200 akun berbahaya dan menutup akun mereka.

Juru bicara Twitter menyatakan bahwa perusahaan tersebut menggunakan teknik deteksi bot untuk menghentikan bot mencuit.

"Teknik ini sekarang membantu kami menangkap sekitar 450.000 login yang mencurigakan per hari. Yang penting, sebagian besar pekerjaan defensif ini dilakukan melalui pembelajaran mesin dan proses otomatis di bagian belakang, dan kami telah berhasil memperbaiki alat deteksi spam dan bot otomatis kami secara otomatis, yang menghasilkan peningkatan 64 persen dari tahun ke tahun untuk login mencurigakan yang bisa kami deteksi," ujar juru bicara Twitter, demikian Mashable.

(Mgg/ Fadhil Hussen)