Jakarta (ANTARA News) - Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan pertemuan kelompok negara-negara Islam berkembang, Developing Eight (D-8), yang akan berlangsung di Istanbul, Turki, pada 17-20 Oktober 2017, merupakan upaya untuk membangun kerja sama industri dan perdagangan antarnegara.

"D-8 itu kumpulan negara-negara yang anggotanya adalah negara Islam yang berkembang dan besar untuk membangun kerja sama baik industri, perdagangan dan investasi diantara negara-negara tersebut dan juga saling bertukar pengalaman," kata Wapres di Jakarta, Selasa.

Wapres mengatakan, perkumpulan tersebut terkait dengan keinginan agar negara-negara Islam bersatu dalam pertumbuhan, tidak hanya membicarakan masalah politik semata tapi juga tentang ekonomi dan ilmu pengetahuan.

Wapres yang akan memimpin delegasi Indonesia untuk menghadiri pertemuan D-8 di Istanbul direncanakan bertolak ke kota terbesar di Turki tersebut pada Rabu (18/10) malam.

Pertemuan D-8 beranggotakan Bangladesh, Indonesia, Iran, Malaysia, Nigeria, Turki, Mesir dan Pakistan.

Lebih lanjut Wapres mengatakan, pertemuan D-8 akan fokus pada masalah ekonomi, investasi, perdagangan termasuk teknologi karena negara-negara Islam tersebut juga memiliki teknologi yang maju.

"Tentu kita merasa juga punya kemampuan, Turki, Iran, Mesir itu banyak potensinya. Nah katakanlah beli barang dari Turki sebenarnya lebih murah dari Eropa dan kualitasnya hampir sama begitu juga jika beli pesawat di Indonesia lebih murah daripada beli pesawat di Amerika," tambah dia.

Namun Wapres mengatakan tidak ada target khusus untuk capaian investasi dalam pertemuan D-8 karena tidak banyak investasi diantara negara tersebut tapi lebih banyak pada peningkatan perdagangan.

D-8 didirikan melalui Deklarasi Istanbul yang dihasilkan oleh Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-1 D-8 pada 15 Juni 1997 di Istanbul, Turki.

D-8 ingin meningkatkan posisi negara anggotanya dalam perekonomian dunia, memperluas dan menciptakan peluang-peluang baru dalam bidang perdagangan, memperkuat tercapainya aspirasi negara anggotanya dalam proses pembuatan keputusan pada tingkat global, dan meningkatkan taraf hidup masyarakat negara-negara anggotanya.