Presiden ingin buktikan hasil riset peneliti Universitas Diponegoro
17 Oktober 2017 16:28 WIB
Presiden Joko Widodo (tengah) memberikan orasi ilmiah pada acara Dies Natalis ke-60 Universitas Diponegoro (Undip), di Semarang, Jawa Tengah, Selasa (17/10/2017). (ANTARA FOTO/R. Rekotomo)
Semarang (ANTARA News) - Presiden Joko Widodo ingin membuktikan sendiri hasil penemuan riset dari peneliti Universitas Diponegoro khususnya tentang sistem penyimpanan produk pertanian dengan teknologi ozon.
Dalam orasi ilmiahnya saat Dies Natalis ke-60 Universitas Diponegoro (Undip) di Stadion Undip Semarang, Selasa, Presiden memanggil peneliti Undip penemu teknologi ozon Dr. M. Nur, DEA untuk ke panggung.
"Saya sangat menghargai riset-riset yang dilakukan oleh Undip mengenai DOzone, penelitinya juga di antara kita, mungkin Bapak bisa maju," kata Presiden memanggil M. Nur.
Presiden pun berdialog dengan peneliti sekaligus memanggil perwakilan petani yang akan menjadi pengguna hasil penelitian tersebut.
Menurut Presiden, riset-riset yang langsung bisa digunakan dan diterapkan di lapangan merupakan hal yang sangat diperlukan karena problem pangan Indonesia adalah masalah pasca-panen.
"Panennya kebanyakan bingung simpan di mana akhirnya banyak yang busuk. Masalah ini berpuluh-puluh tahun tidak bisa kita atasi jadi dengan adanya penelitian ini sangat membantu bagi petani kalau itu layak secara bisnis dan visibel secara ekonomi," katanya.
Kepada Presiden, M. Nur mengatakan produk hasil risetnya menggunakan teknologi plasma yang mampu membangkitkan ozon.
"Ozon ini bisa membunuh mikroorganisme penyebab busuk produk pertanian tersebut," katanya.
Presiden pun menanyakan cara kerja hasil riset tersebut yang bisa menyimpan produk pertanian seperti beras dalam waktu setahun tanpa rusak atau cabai lebih dari tiga bulan tak rusak.
"Jadi beras kita kirim ozon ke beras tersebut, ozon itu membunuh mikroorganisme yang menjadi penyebab busuknya beras tersebut," katanya.
Soal rasa yang juga sempat ditanyakan Presiden, dan menurut M Nur tidak terpengaruh sedikit pun.
Presiden pun menanyakan harga alat tersebut yang dijawab peneliti berkisar Rp165 juta untuk kapasitas 10 meter kubik dengan konsumsi listrik yang sangat kecil.
Presiden kemudian memanggil perwakilan petani yang akan menggunakan alat tersebut, namun ia sekaligus ingin membuktikan sendiri efektivitasnya.
"Kalau saya belum (paham). Kenapa saya senang ke lapangan karena kalau diceritain masih belum nangkap. Saya akan lihat nanti kalau DOzone sudah dipegang, nanti saya lihat di lapangan," katanya.
Dalam orasi ilmiahnya saat Dies Natalis ke-60 Universitas Diponegoro (Undip) di Stadion Undip Semarang, Selasa, Presiden memanggil peneliti Undip penemu teknologi ozon Dr. M. Nur, DEA untuk ke panggung.
"Saya sangat menghargai riset-riset yang dilakukan oleh Undip mengenai DOzone, penelitinya juga di antara kita, mungkin Bapak bisa maju," kata Presiden memanggil M. Nur.
Presiden pun berdialog dengan peneliti sekaligus memanggil perwakilan petani yang akan menjadi pengguna hasil penelitian tersebut.
Menurut Presiden, riset-riset yang langsung bisa digunakan dan diterapkan di lapangan merupakan hal yang sangat diperlukan karena problem pangan Indonesia adalah masalah pasca-panen.
"Panennya kebanyakan bingung simpan di mana akhirnya banyak yang busuk. Masalah ini berpuluh-puluh tahun tidak bisa kita atasi jadi dengan adanya penelitian ini sangat membantu bagi petani kalau itu layak secara bisnis dan visibel secara ekonomi," katanya.
Kepada Presiden, M. Nur mengatakan produk hasil risetnya menggunakan teknologi plasma yang mampu membangkitkan ozon.
"Ozon ini bisa membunuh mikroorganisme penyebab busuk produk pertanian tersebut," katanya.
Presiden pun menanyakan cara kerja hasil riset tersebut yang bisa menyimpan produk pertanian seperti beras dalam waktu setahun tanpa rusak atau cabai lebih dari tiga bulan tak rusak.
"Jadi beras kita kirim ozon ke beras tersebut, ozon itu membunuh mikroorganisme yang menjadi penyebab busuknya beras tersebut," katanya.
Soal rasa yang juga sempat ditanyakan Presiden, dan menurut M Nur tidak terpengaruh sedikit pun.
Presiden pun menanyakan harga alat tersebut yang dijawab peneliti berkisar Rp165 juta untuk kapasitas 10 meter kubik dengan konsumsi listrik yang sangat kecil.
Presiden kemudian memanggil perwakilan petani yang akan menggunakan alat tersebut, namun ia sekaligus ingin membuktikan sendiri efektivitasnya.
"Kalau saya belum (paham). Kenapa saya senang ke lapangan karena kalau diceritain masih belum nangkap. Saya akan lihat nanti kalau DOzone sudah dipegang, nanti saya lihat di lapangan," katanya.
Pewarta: Hanni Sofia Soepardi
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2017
Tags: