New York (ANTARA News) - Harga minyak dunia berakhir melonjak pada perdagangan Senin (Selasa pagi WIB), karena meningkatnya gejolak geopolitik di Timur Tengah menimbulkan kekhawatiran atas ekspor di pasar.

Pasukan keamanan Irak pada Senin (16/10) merebut kembali kota Kirkuk dan menguasai gedung pemerintah, setelah pasukan Kurdi mengundurkan diri dari kota tersebut, kata sebuah sumber keamanan setempat.

Sementara itu, Presiden AS Donald Trump mengumumkan pada Jumat lalu (13/10) bahwa dia telah memutuskan untuk menghapus setifikasi kepatuhan Iran terhadap kesepakatan nuklir bersejarah yang dicapai pada 2015.

"Saya mengumumkan hari ini bahwa kami tidak dapat dan tidak akan membuat sertifikasi ini," kata Trump di Gedung Putih saat ia meluncurkan sebuah strategi baru pemerintahannya atas Iran.

Para analis mengatakan kerusuhan di Timur Tengah dan kemungkinan tindakan AS pada kesepakatan nuklir Iran mendorong harga minyak lebih tinggi, karena para pedagang khawatir ketegangan geopolitik dapat mengurangi ekspor minyak dari wilayah tersebut.

Di bidang data, jumlah rig yang beroperasi di ladang-ladang minyak AS turun lima rig menjadi total 743 rig pekan lalu, kata perusahaan jasa ladang minyak Baker Hughes dalam laporan mingguannya pada Jumat (13/10).

Patokan AS, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman November naik 0,42 dolar AS menjadi menetap di 51,87 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.

Sementara itu, patokan global, minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Desember, naik 0,65 dolar AS menjadi ditutup pada 57,82 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange.