Jakarta (ANTARA News) - Tokopedia menyatakan pertumbuhan perdagangan online atau e-commerce jatuh tertinggal dari negara-negara orientasi pasar digital seperti AS dan China. Oleh karena itu marketplace ini ingin mempercepat pertumbuhan perdagangan online atau e-commerce yang saat ini baru menyumbang satu persen dari total pendapatan ritel di Indonesia.

Co-Founder dan CEO Tokopedia William Tanuwijaya dalam jumpa pers kerja sama dengan JNE di Jakarta, Senin, menyebut angkat itu berdasarkan riset Pricewaterhouse Coopers yang dirilis tahun lalu.

"Artinya, di Indonesia baru satu dari 100 transaksi dilakukan secara online. Ini sebetulnya sangat tertinggal dibanding negara maju lainnya. Di Amerika dan China angkanya sudah 14 persen, artinya satu dari tujuh transaksi dilakukan online," kata dia.

William sendiri menilai potensi perkembangan e-commerce di Indonesia sangat besar, terutama didukung oleh jumlah pengguna seluler. Sayang, jumlah pemilik akun bank masih sangat terbatas, yakni hanya 36 persen dari penduduk dewasa.

"Oleh karena itu, kami bersama mitra berusaha mencari solusi agar ke depan masyarakat Indonesia, khususnya mereka yang belum punya akun bank bisa dan punya kemudahan belanja online," kata William.

Potensi besar perkembangan e-commerce Indonesia juga perlu mempertimbangkan talenta sumber daya manusia berkualitas, apalagi akan banyak perusahaan besar asing yang bakal masuk Indonesia untuk menggarap pasar ini.

"Tokopedia harus bersaing dengan mungkin nanti Amazon, perusahaan raksasa lainnya akan masuk ke Indonesia dengan talenta yang sangat luar biasa. Maka, salah satu fokus utamanya adalah bagaimana kami bisa membangun pusat inovasi terbesar di Asia Tenggara," kata William.

Investasi sumber daya manusia, lanjut William, adalah strategi yang tengah dilakukan perusahaan sekelas Alibaba dan Tencent, 10 hingga 20 tahun lalu. Dan ini pula yang kini dilakukan Tokopedia dengan menggaet lulusan universitas ternama agar bergabung dan berkontribusi bagi bangsa.

"Hanya lewat cara itu, long term investment (investasi jangka panjang), 5 hingga 10 tahun ke depan bisa berinovasi seperti perusahaan global lainnya," kata William.

Presiden Direktur PT Tiki Jalur Nugraha Ekakurir (JNE) M. Feriadi menyatakan akan mempersiapkan diri menghadapi perkembangan e-commerce pada masa mendatang.

"Kalau ini tidak disiapkan dari sekarang, takutnya kami tidak bisa menerima lonjakan," kata dia.