Surabaya (ANTARA News) - Komandan Korps Marinir (Dankormar), Mayjen TNI (Mar) Nono Sampono, menegaskan bahwa ke-13 prajuritnya yang kini menjadi tersangka dalam kasus penembakan di Pasuruan merupakan prajurit terlatih. "Prajurit itu terlatih dengan kualifikasi tinggi dalam pengambilan keputusan, termasuk kasus Grati. Tindakan mereka didahului tembakan ke udara menggunakan peluru hampa kemudian penembakan ke arah tanah dengan peluru tajam," katanya, saat penyambutan sebagai komandan baru di Bumi Marinir Karangpilang, Surabaya, Jatim, Senin. Ia mengemukakan bahwa tindakan yang dilakukan pasukannya merupakan tindakan yang tepat dalam kondisi yang serba sulit, karena harus mengambil keputusan berat antara mempertahankan kehormatan dan mempertahankan hidup. Mantan Komandan Pusukan Pengamanan Presiden (Paspampres) itu mengemukakan bahwa dari pemeriksaan intern kepada ke-13 anggotanya yang kini menjadi tersangka diperoleh kesimpulan bahwa mereka melakukan penembakan atas pertimbangan matang. Ia kembali menegaskan bahwa kematian para korban tewas merupakan akibat dari peluru pantulan yang buktinya sudah diujicobakan menggunakan senapan serbu (SS) 1 dengan peluru kaliber 5,56 mm di Markas Brigif-2 Marinir Cilandak, Jakarta, Jumat (8/6). Sebelum ujicoba itu, katanya, hujan cukup lebat sehingga kondisi tanah becek. Meskipun becek, namun hasil tembakan ke tanah itu tetap menimbulkan pantulan yang juga mematikan. Senjata SS-1 itu memiliki jarak tembak hingga 450 meter lebih lebih. "Saat ujicoba ditembakkan dengan jarak hingga 30 meter sudah memantul dan membahayakan, apalagi ditembakan ke tanah dalam jarak dekat," katanya. Karena itu, pria kelahiran Bangkalan, Madura, itu kembali menegaskan bahwa tindakan pasukannya sudah tepat. Meskipun demikian, ia tetap menyerahkan semua masalah itu agar dibuktikan secara hukum lewat pengadilan. (*)