32 daerah di Jateng rawan banjir dan longsor
16 Oktober 2017 15:25 WIB
Foto dokumen: Sejumlah warga mengungsi saat banjir menggenangi pemukiman warga di Kecamatan Bayan, Purworejo, Jawa Tengah, Minggu (19/6/2016). (ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyansyah/foc/16)
Semarang (ANTARA News) - Sebanyak 32 kabupaten/kota di Jawa Tengah rawan bencana alam berupa banjir dan tanah longsor selama musim hujan 2017.
"Kecuali Kota Salatiga, Semarang, dan Tegal, semua daerah di Jateng rawan bencana banjir dan longsor," kata Kepala Pelaksana Harian Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Tengah Sarwa Pramana di Semarang, Senin.
Hasil rekapitulasi wilayah terdampak bencana banjir dan tanah longsor pada tahun ini, sebanyak 334 kecamatan dan 1.719 desa di Provinsi Jateng rawan banjir, sedangkan 335 kecamatan serta 1.594 desa rawan longsor.
Terkait dengan hal itu, Sarwa meminta seluruh kepala daerah yang rawan banjir dan longsor untuk mengeluarkan siaga darurat banjir, longsor, dan puting beliung sebagai bentuk kesiapsiagaan menghadapi berbagai bencana alam yang berpotensi terjadi pada musim hujan.
Menurut dia, kesiapsiagaan menghadapi bencana ini penting karena berdasarkan prakiraan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Jateng, puncak musim hujan akan terjadi pada Desember 2017.
"Curah hujan di Jateng pada Desember 2017 diprakirakan antara 300-500 milimeter atau sangat tinggi sehingga hampir di seluruh kabupaten/kota berpotensi terjadi banjir dan longsor," ujarnya.
Sarwa berharap tidak terjadi banjir bandang ataupun tanggul sungai jebol dan tanah longsor saat puncak musim hujan.
"Banjarnegara, Purworejo, Karangayu, Wonosobo, Kebumen, Cilacap, Banyumas, Pemalang, Brebes, Kudus, dan Pati menjadi prioritas daerah yang harus diwaspadai banjir longsor," katanya.
Sebagai kesiapan menghadapi bencana banjir dan longsor pada musim hujan tahun ini, BPBD Jateng telah berkoordinasi dan menggelar rapat koordinasi dengan para pemangku kepentingan penanggulangan bencana di Jateng seperti BMKG, PMI, Dinas ESDM, Basarnas, TNI, Polri.
BPBD Jateng juga melakukan pengadaan logistik kebencanaan yang sebagian telah didistribusikan ke beberapa kabupaten/kota.
"Selain dana tidak terduga daru Gubernur Jateng sebesar Rp45 miliar, minggu ini saya coba untuk mendspatkan dana siap pakai dari BNPB yang jumlahnya diperkirakan Rp11-12 miliar," ujarnya.
Dana siap pakai dari BNPB itu akan digunakan untuk pembelian kebutuhan logsitik kebencanaan seperti karung, jas hujan, sepatu boots, alat semprot, serta berbagai makanan.
"Kecuali Kota Salatiga, Semarang, dan Tegal, semua daerah di Jateng rawan bencana banjir dan longsor," kata Kepala Pelaksana Harian Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Tengah Sarwa Pramana di Semarang, Senin.
Hasil rekapitulasi wilayah terdampak bencana banjir dan tanah longsor pada tahun ini, sebanyak 334 kecamatan dan 1.719 desa di Provinsi Jateng rawan banjir, sedangkan 335 kecamatan serta 1.594 desa rawan longsor.
Terkait dengan hal itu, Sarwa meminta seluruh kepala daerah yang rawan banjir dan longsor untuk mengeluarkan siaga darurat banjir, longsor, dan puting beliung sebagai bentuk kesiapsiagaan menghadapi berbagai bencana alam yang berpotensi terjadi pada musim hujan.
Menurut dia, kesiapsiagaan menghadapi bencana ini penting karena berdasarkan prakiraan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Jateng, puncak musim hujan akan terjadi pada Desember 2017.
"Curah hujan di Jateng pada Desember 2017 diprakirakan antara 300-500 milimeter atau sangat tinggi sehingga hampir di seluruh kabupaten/kota berpotensi terjadi banjir dan longsor," ujarnya.
Sarwa berharap tidak terjadi banjir bandang ataupun tanggul sungai jebol dan tanah longsor saat puncak musim hujan.
"Banjarnegara, Purworejo, Karangayu, Wonosobo, Kebumen, Cilacap, Banyumas, Pemalang, Brebes, Kudus, dan Pati menjadi prioritas daerah yang harus diwaspadai banjir longsor," katanya.
Sebagai kesiapan menghadapi bencana banjir dan longsor pada musim hujan tahun ini, BPBD Jateng telah berkoordinasi dan menggelar rapat koordinasi dengan para pemangku kepentingan penanggulangan bencana di Jateng seperti BMKG, PMI, Dinas ESDM, Basarnas, TNI, Polri.
BPBD Jateng juga melakukan pengadaan logistik kebencanaan yang sebagian telah didistribusikan ke beberapa kabupaten/kota.
"Selain dana tidak terduga daru Gubernur Jateng sebesar Rp45 miliar, minggu ini saya coba untuk mendspatkan dana siap pakai dari BNPB yang jumlahnya diperkirakan Rp11-12 miliar," ujarnya.
Dana siap pakai dari BNPB itu akan digunakan untuk pembelian kebutuhan logsitik kebencanaan seperti karung, jas hujan, sepatu boots, alat semprot, serta berbagai makanan.
Pewarta: Wisnu Adhi N
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2017
Tags: