Renaldy Fernando yang juga pendiri Jellyplayground -wadah untuk para penggemar kamera analog Indonesia- menyatakan kamera analog saat ini sudah sangat berkembang. Salah satu buktinya adalah minat pengunjung Lowlight Bazaar, bazar khusus fotografi analog, yang semakin meningkat. Renaldy mengatakan bazar yang diadakan dua kali setahun itu dimulai sejak 2010.
"Sekarang sudah acara ke-11 dan ada 1700 pengunjung," kata Renaldy di acara Walk the Analog di Jakarta, Jumat.
Pertumbuhan fotografi analog juga terlihat dari pencarian di aplikasi marketplace ponsel Carousell. Presiden dan Co-founder Carousell, Marcus Tan, mengatakan ada 38.000 listing dalam kategori fotografi dan kamera analog adalah salah satu yang paling dicari.
"Kembalinya hobi fotografi analog menunjukkan bahwa Indonesia kini telah memasuki tren old is new again," kata dia.
Fotografer profesional kebanyakan memang memilih kamera digital agar hasilnya bisa lebih cepat diproses. Tapi ada pula yang rindu melewati tahap demi tahap kamera analog, termasuk Dayinta.
Fotografer ini berpendapat pemakai kamera analog punya kontrol kreatif lebih besar. Pemakai kamera analog tidak bisa asal jepret. Mereka harus memikirkan masak-masak bagaimana caranya agar hasil fotonya bagus karena tidak bisa banyak diedit setelah dicetak.
"Lebih raw hasilnya," kata Dayinta mengenai salah satu keunggulan kamera analog.
Satrio Pratomo (30), salah satu peserta lokakarya Walk the Analog, mulai penasaran dengan fotografi analog sejak setengah tahun lalu. Diawali dari tidak sengaja menemukan kamera zaman dulu di rumah, dia penasaran dan mencoba mengulik-ulik lagi sisi asyik dari fotografi analog.
"Saya suka karena hasil fotonya natural," ujar pria yang kini punya tiga kamera analog itu.