PVMBG rekam gempa non-harmonik Gunung Agung
12 Oktober 2017 18:49 WIB
Peningkatan Aktifitas Gunung Agung Sejumlah warga melintas di jalan Desa Datah yang berjarak sekitar 10Km dari kawah Gunung Agung, Karangasem, Bali, Minggu (8/10/2017). Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi mencatat aktivitas Gunung Agung kembali meningkat yang disertai semburan asap putih dengan tinggi hingga 1.000 meter dari kawah sejak Sabtu (7/10/2017) malam. (ANTARA FOTO/Nyoman Budhiana) ()
Karangasem (ANTARA News) - Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) merekam aktivitas gempa tremor non-harmonik untuk pertama kali sejak Gunung Agung di Karangasem, Bali berstatus awas.
"Tremor non-harmonik sering juga disebut spasmodic burst atau spasmodic tremor adalah rentetan beberapa gempa vulkanik dimana satu gempa muncul sebelum gempa sebelumnya selesai," kata Kepala Sub-Bidang Mitigasi Pemantauan Gunungapi Wilayah Timur PVMBG Devy Kamil Syahbana di Pos Pengamatan Gunung Agung, Karangasem, Kamis.
Ia menjelaskan bahwa gempa tremor non-harmonik terjadi sebanyak tiga kali dengan durasi antara 80 sampai 140 detik sesuai pencatatan seismometer pada (12/10) Pukul 12.00-18.00 Wita.
"Secara fisis hal tersebut (tremor non-harmonik) merefleksikan aliran fluida magmatik berupa gas, liquid atau solid," ujar dia.
Namun, kata Devy, tidak semua tremor seperti itu diikuti letusan kecuali jika sudah secara terus menerus terjadi.
"Manifestasi permukaan bisa hanya berupa pelepasan gas atau asap ke permukaan," kata dia.
Sementara itu, PVMBG juga mencatat aktivitas kegempaan Gunung Agung pada Pukul 12.00-18.00 Wita, telah terjadi 100 kali gempa vulkanik dangkal, sebanyak 150 kali gempa tektonik dalam dan gempa tektonik lokal sebanyak 14 kali.
PVMBG tetap mengimbau warga dan para wisatawan agar tetap berada di zona aman dan menghindari wilayah sekitar Gunung Agung yang masuk dalam zona merah.
Masyarakat, pendaki dan pengunjung atau wisatawan agar tidak berada dan atau tidak melakukan pendakian serta aktivitas apapun di zona perkiraan bahaya yaitu di dalam area kawah Gunung Agung dan di seluruh area di dalam radius sembilan kilometer dari kawah puncak.
Selain itu pula ditambah perluasan sektoral ke arah Utara-Timur laut dan Tenggara-Selatan-Barat Daya sejauh 12 km.
"Tremor non-harmonik sering juga disebut spasmodic burst atau spasmodic tremor adalah rentetan beberapa gempa vulkanik dimana satu gempa muncul sebelum gempa sebelumnya selesai," kata Kepala Sub-Bidang Mitigasi Pemantauan Gunungapi Wilayah Timur PVMBG Devy Kamil Syahbana di Pos Pengamatan Gunung Agung, Karangasem, Kamis.
Ia menjelaskan bahwa gempa tremor non-harmonik terjadi sebanyak tiga kali dengan durasi antara 80 sampai 140 detik sesuai pencatatan seismometer pada (12/10) Pukul 12.00-18.00 Wita.
"Secara fisis hal tersebut (tremor non-harmonik) merefleksikan aliran fluida magmatik berupa gas, liquid atau solid," ujar dia.
Namun, kata Devy, tidak semua tremor seperti itu diikuti letusan kecuali jika sudah secara terus menerus terjadi.
"Manifestasi permukaan bisa hanya berupa pelepasan gas atau asap ke permukaan," kata dia.
Sementara itu, PVMBG juga mencatat aktivitas kegempaan Gunung Agung pada Pukul 12.00-18.00 Wita, telah terjadi 100 kali gempa vulkanik dangkal, sebanyak 150 kali gempa tektonik dalam dan gempa tektonik lokal sebanyak 14 kali.
PVMBG tetap mengimbau warga dan para wisatawan agar tetap berada di zona aman dan menghindari wilayah sekitar Gunung Agung yang masuk dalam zona merah.
Masyarakat, pendaki dan pengunjung atau wisatawan agar tidak berada dan atau tidak melakukan pendakian serta aktivitas apapun di zona perkiraan bahaya yaitu di dalam area kawah Gunung Agung dan di seluruh area di dalam radius sembilan kilometer dari kawah puncak.
Selain itu pula ditambah perluasan sektoral ke arah Utara-Timur laut dan Tenggara-Selatan-Barat Daya sejauh 12 km.
Pewarta: IMB Andi Purnomo
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2017
Tags: