Jakarta (ANTARA News) - Kepala Kepolisian Indonesia, Jenderal Polisi Tito Karnavian, meminta persoalan importasi senjata api oleh polisi tidak dijadikan polemik kembali di kalangan masyarakat.

Pemerintah, kata dia, juga sudah membentuk tim internal untuk mengentaskan hal itu yang dikoordinasikan Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan, Wiranto. Biarkan tim ini bekerja dan hasilnya nanti dipaparkan ke publik.

"Oleh karena itu, saya berpikir bahwa polemik mengenai senjata api termasuk yang di Brimob tidak menjadi polemik yang berkelanjutan," kata Karnavian, dalam rapat dengar pendapat di Komisi III DPR, Jakarta, Kamis.

Bekas kepala Polda Metro Jaya itu juga menegaskan hubungan TNI dan polisi baik-baik saja. Penghembusan polemik importasi senjata itu memberi impresi ada konflik di antara TNI dan polisi, padahal tidak benar.




Pada 2018 akan digelar ratusan Pilkada di seluruh nusantara, sementara pada 2019 akan dilaksanakan Pemilu nasional untuk memilih presiden-wakil presiden periode 2019-2024.

"Panglima TNI sepakat dengan kami saat apel lalu, sudah menyampaikan tegas dengan Kepolisian Indonesia bahwa hubungan Kepolisian Indonesia dengan TNI di semua lini harus solid. Saya sudah perintahkan jajaran jangan terpengaruh dengan isu-isu ini," ujarnya.

Belakangan ini, "bongkar-membongkar" isi dokumen importasi senjata dan amunisi marak terjadi di media sosial. Yang paling fenomenal adalah kehadiran 280 unit peluncur granat mandiri (stand-alone grenade launcher) buatan pabrikan Arsenal, Bulgaria, dengan kaliber 40x46 milimeter, plus 5.932 amunisi fragmented-nya.