Bandung (ANTARA News) - Ketua MPR RI Zulkifli Hasan turut mengapresiasi kepada Bobotoh atas aksi dukungan kemanusiaannya untuk Rohingya yang berkolaborasi dengan Rumah Zakat.

"Jadi saya apresiasi, terima kasih kepada Bobotoh juga Rumah Zakat yang membantu saudara-saudara kita di Rohingya. Besar kecil itu relatif, tapi semangatnya, kesadarannya itu yang dinilai oleh Allah," ujar Zulkifli Hasan di Kantor Rumah Zakat, Kota Bandung, Rabu.

Zulkifli Hasan sendiri mengutuk atas kekerasan yang terjadi di Rohingya yang adalah kewajiban konstitusional karena Indonesia berasaskan Pancasila yang terkandung nilai kemanusiaan di dalamnya.

"Kenapa kita mengutuk kejadian di Rohingya, karena itu kejahatan terhadap kemanusiaan. Oleh karena itu kewajiban konstitusional kita untuk mengutuk perbuatan itu." kata dia.

Dia menambahkan kalau ada orang Indonesia yang tidak mengutuk kejahatan di Rohingya itu yang tidak Pancasilais.

Sehingga gerakan kolaborasi kemanusiaan yang dilakukan oleh Rumah Zakat dan Bobotoh Persib inilah yang ia sebut satu bentuk sebagai orang yang Pancasilais, dan yang mencintai NKRI.

"Inilah yang sebetulnya orang-orang yang pancasilais, inilah orang-orang yang mencintai NKRI. Inilah yang saya sebut orang-orang yang memiliki karakter, memiliki nilai-nilai, dan inilah yang patut ditiru oleh generasi generasi muda di mana pun dia berada," katanya.

Sementara itu Pimpinan Viking Persib Yana Umar sendiri banyak berterimakasih kepada seluruh yang terlibat dalam aksi ini.

"Alhamdulillah kita berterimakasih, jadi tidak ada yang lain," kata dia.

Rumah Zakat sudah banyak berkolaborasi dalam gerakan ini, baik dari perseorangan, komunitas, korporasi, tokoh publik, dan lainnya.

"Banyak sekali, perseorangan, komunitas, korporasi, tokoh publik, banyak sekali yang kita ajak kolaborasi," kata Chief Executive Officer (CEO) Rumah Zakat Nur Efendi.

Menurut dia, untuk menumbuhkan kepedulian kepada saudara-saudara di Rohingya ini tidak bisa sendiri, harus menggandeng berbagai pihak.

Penyaluran sumbangannya sendiri saat ini berfokus ke Bangladesh, setelah di Rakhine terjadi eksodus besar-besaran.