Karangasem, Bali (ANTARA News) - Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) bertekad memetakan kondisi kawah Gunung Agung di Kabupaten Karangasem, Bali, melalui pemantauan menggunakan pesawat tanpa awak atau drone.

"Kami ingin mengetahui kondisi kawah termasuk asap atau gas solfatara," kata Kepala Bidang Mitigasi Gunungapi PVMBG Gede Suantika di Pos Pengamatan Gunung Agung di Desa Rendang, Karangasem, Bali, Rabu.

Menurut dia, pihaknya ingin mengetahui lebih detail terkait warna asap yang keluar dari kawah gunung setinggi 3.142 meter di atas permukaan laut itu.

Warna asap gunungapi, lanjut dia, biasanya berwarna putih, abu-abu, kuning atau bahkan berwarna gelap.

"Kalau berwarna gelap itu tandanya sudah ada abu vulkanik, jadi itu sudah berbahaya, " ucapnya.

Selain memantau kondisi kawah dan asap, pihaknya juga ingin mengetahui kondisi rekahan di kawah yang sebelumnya diperkirakan sepanjang 100 meter.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) bekerja sama dengan PVMBG mengerahkan tiga unit "drone" yang dikendalikan dari jarak jauh trpatnya dari kawasan Tulamben, Kecamatan Kubu yang termasuk zona merah.

Tiga unit drone itu yakni tawon, Koak 3.0 dan multiroter. Drone multiroter dapat dioperasikan pada ketinggian mencapai 500 meter dan Tawon dan Koak 3.0 untuk ketinggian 4.000 meter dengan jam terbang tiga jam.

Pesawat drone tersebut digunakan untuk melakukan survei berupa dokumentasi video dan foto di kawah dan sekitar Gunung Agung melalui udara.

Sementara itu berdasarkan data PVMBG, mulai pukul 06.00 hingga 12.00 Wita Rabu (11/10) gunung terlihat jelas hingga berkabut dari Pos Pengamatan Gunung Agung di Desa Rendang yang berjarak sekitar 12 kilometer.

PVMBG menyebutkan asap kawah bertekanan lemah teramati berwarna putih dengan intensitas tipis dan tinggi sekitar 50 meter di atas kawah puncak.

Sementara itu untuk tingkat kegempaan, gempa vulkanik dangkal mencapai 85 kali, vulkanik dalam 111 kali dan tektonik lokal delapan kali.