Jakarta (ANTARA News) - Bank Indonesia melalui surveinya mengemukan penjualan eceran berbalik meningkat 2,2 persen secara tahunan (yoy) pada Agustus 2017, dibanding Juli 2017 yang menurun sebesar 3,3 persen (yoy).

Peningkatan terutama terjadi pada penualan kelompok makanan yang naik 7,9 persen (yoy), ketimbang Juli yang melambat 0,3 persen (yoy), menurut Statistik Survei Penjualan Eceran Agustus 2017 diumumkan di Jakarta, Senin.

Survei Penjualan Eceran dilakukan Bank Sentral secara bulanan untuk melihat pergerakkan awal Produk Domestik Bruto (PDB) dari sisi konsmsi. Survei dilakukan terhadap sekitar 700 pengecer di 10 kota besar di Indonesia.

Adapun pada kelompok makanan, perbaikan penjualan terjadi pada euruh sub sub kelompok makanan terutama untuk tembakau dan makanan jadi.

"Sementara kelompok non-makanan tumbuh lebih baik dibanding Juli 2017, meskipun masih terbatas," tulis laporan BI.

Pada kelompok non -makanan masih terjadi kontraksi atau perlambatan pertumbuhan yakni sebesar -5,9 persen (yoy). Namun angka tersebut lebih baik ketimbang Juli yang mencapai -7,8 persen (yoy). Di kelompok non-makanan, peningkatan penjualan terbesar terjadi pada kelompok barang lainnya, terutama sandang.

Survei Penjualan Eceran tersebut terindikasi dari Indeks Penjualan Riil (IPR) yang tercatat 2021 pada Agustus 2017.

Lebih lanjut, pertumbuhan penjualan eceran diperkirakan terus meningkat pada September 2017. Hal ini terindikasi dari IPR September 2017 yang tumbuh 2,4 persen (yoy). Penyebabnya adalah penjualan kelompok makanan yang diperkirakan masih tumbuh stabil, disertai perbaikan penjualan ritel pada kelompok non makanan walaupun masih tumbuh negatif.

Survei mengindikasikan tekanan kenaikan harga di tingkat pedagang eceran tiga bulan mendatang atau pada November 2017. Indikasi tersebut tercermin dari Indeks Ekspektasi Harga Umum (IEH) 3 bulan yang akan datang sebesar 145,0 lebih tinggi dari 135,5 pada bulan sebelumnya.