Kemenkes jadikan Kulon Progo lokasi demonstrasi vaksinasi HPV
9 Oktober 2017 13:52 WIB
Dokumentasi seorang siswi SMA (kiri) mendapatkan vaksin Human Papilloma Virus (HPV)pencegah kanker mulut rahim (serviks) di Kabupaten Badung, Provinsi Bali, Senin (12/11/2016). Kementerian Kesehatan kini menjadikan Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), menjadi wilayah program demonstrasi vaksinasi HPV. (FOTO ANTARA/Nyoman Budhiana)
Kulon Progo (ANTARA News) - Kementerian Kesehatan menjadikan Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), melaksanakan program demonstrasi vaksinasi Human Papilloma Virus (HPV), pemicu kanker mulut rahim (serviks), bagi siswi kelas V dan VI sekolah dasar (SD).
"Adapun 95 persen kanker serviks dipicu oleh infeksi virus HPV, dan biasanya terjadi pada perempuan usia reproduksi," kata Direktur Surveillance dan Karantina Kesehatan Kemenkes Elizabeth Jane Soepardi di Kulon Progo, Senin,.
Ia mengemukakan berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013, kanker serviks merupakan jenis kanker dengan angka kejasian (prevalensi) paling tinggi di Indonesia.
Berdasarkan studi Riskesdas, menurut dia, ditemukan data 16 orang perempuan meninggal setiap harinya terkait kanker serviks, dan ditemukan penyakitnya sudah stadium lanjut.
Oleh karena itu, Kemenkes melakukan upaya pencegahan dini melalui vaksinasi HPV kepada anak peremuan sejak usia sekolah.
Siswi akan mendapat dua kali vaksinasi dengan selang waktu setahun. Setelah vaksinasi tahap pertama, siswa juga akan kembali mendapat imunisasi setahun kemudian.
Ia menyatakan wilayah DIY, khususnya Kulon Progo dan Gunung Kidul, dipilih untuk program demonstrasi vaksinasi HPV lantaran angka kejadian kasus kanker serviks termasuk tinggi, yakni 4,1 persen per seribu orang.
"Ini sifatnya demonstration project. Kita harus membuktikan dulu keberhasilannya dengan data yang bagus. Setelah itu, kegiatan bisa dilakukan secara nasional. Kita akan ajukan datanya ke DPR," kata Jane.
Sementara itu, Bupati Kulon Progo Hasto Wardoyo mengatakan vaksinasi HPV ini sangat penting karena virus tersebut selama ini menjadi penyebab terbanyak kanker serviks.
Deteksi dini sebetulnya bisa dilakukan dengan metode inspeksi visual asam asetat (IVA) pada perempuan menikah. Namun, supaya lebih efektif, imunisasi vaksin perlu dilakukan sejak usia dini.
"Kanker mulut rahim termasuk jenis kanker yang paling dominan menyerang perempuan, maka itu penting sekali untuk dicegah apalagi sudah ada vaksinnya," kata Hasto.
Tingginya kanker serviks, dikemukakan, antara lain karena tingginya angka pernikahan di bawah umur. Hal ini terbukti dengan tingginya permintaan dispensasi perkawinan.
"Dispensasi perkawinan karena usianya masih di bawah 18 tahun saat akan nikah," demikian Hasto Wardoyo.
"Adapun 95 persen kanker serviks dipicu oleh infeksi virus HPV, dan biasanya terjadi pada perempuan usia reproduksi," kata Direktur Surveillance dan Karantina Kesehatan Kemenkes Elizabeth Jane Soepardi di Kulon Progo, Senin,.
Ia mengemukakan berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013, kanker serviks merupakan jenis kanker dengan angka kejasian (prevalensi) paling tinggi di Indonesia.
Berdasarkan studi Riskesdas, menurut dia, ditemukan data 16 orang perempuan meninggal setiap harinya terkait kanker serviks, dan ditemukan penyakitnya sudah stadium lanjut.
Oleh karena itu, Kemenkes melakukan upaya pencegahan dini melalui vaksinasi HPV kepada anak peremuan sejak usia sekolah.
Siswi akan mendapat dua kali vaksinasi dengan selang waktu setahun. Setelah vaksinasi tahap pertama, siswa juga akan kembali mendapat imunisasi setahun kemudian.
Ia menyatakan wilayah DIY, khususnya Kulon Progo dan Gunung Kidul, dipilih untuk program demonstrasi vaksinasi HPV lantaran angka kejadian kasus kanker serviks termasuk tinggi, yakni 4,1 persen per seribu orang.
"Ini sifatnya demonstration project. Kita harus membuktikan dulu keberhasilannya dengan data yang bagus. Setelah itu, kegiatan bisa dilakukan secara nasional. Kita akan ajukan datanya ke DPR," kata Jane.
Sementara itu, Bupati Kulon Progo Hasto Wardoyo mengatakan vaksinasi HPV ini sangat penting karena virus tersebut selama ini menjadi penyebab terbanyak kanker serviks.
Deteksi dini sebetulnya bisa dilakukan dengan metode inspeksi visual asam asetat (IVA) pada perempuan menikah. Namun, supaya lebih efektif, imunisasi vaksin perlu dilakukan sejak usia dini.
"Kanker mulut rahim termasuk jenis kanker yang paling dominan menyerang perempuan, maka itu penting sekali untuk dicegah apalagi sudah ada vaksinnya," kata Hasto.
Tingginya kanker serviks, dikemukakan, antara lain karena tingginya angka pernikahan di bawah umur. Hal ini terbukti dengan tingginya permintaan dispensasi perkawinan.
"Dispensasi perkawinan karena usianya masih di bawah 18 tahun saat akan nikah," demikian Hasto Wardoyo.
Pewarta: Sutarmi
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2017
Tags: