Jakarta (ANTARA News) - Beragam kearifan lokal yang dipraktikkan oleh masyarakat adat di Indonesia dapat membantu pemerintah mengatasi berbagai masalah kerusakan lingkungan hidup, sekaligus memastikan sumber daya alam digunakan secara berkelanjutan.

Pernyataan itu disampaikan oleh Ketua Jurnal Wicaksana (JW) Ali Nasrullah dalam sesi diskusi mengenai "Penyelamatan Kearifan Lokal untuk Pemanfaatan Aset Sumber Daya Alam Nusantara dan Kerukunan Nasional" di Gedung Joeang 45, Jakarta, Jumat (6/10).

"Berdasarkan kajian yang telah kami lakukan secara berkala, kearifan lokal nyatanya memiliki hubungan dengan pemanfaatan sumber daya alam yang berkelanjutan. Walau belum mendapat perhatian maksimal, tetapi kami mencatat pemerintah saat ini tengah berusaha mengarahkan pembangunan agar merata dan mempertimbangkan masalah tersebut, tetapi masih banyak pekerjaan rumah yang mesti diselesaikan," kata Ali..

Dalam kesempatan itu, ia menjelaskan, diskusi yang diadakan oleh pihaknya bersama Perhimpunan Advokasi Kebijakan dan Hak Asasi Manusia (PAK-HAM) Papua, merupakan salah satu upaya mengumpulkan masukan dari berbagai akademisi dan pakar mengenai tema kearifan lokal.

"Hasil diskusi ini akan ditindaklanjuti dalam Konferensi Internasional yang diadakan oleh PAK-HAM Papua di Bali pada Maret 2018," ujarnya.

Ia menjelaskan, konferensi internasional itu akan menampilkan sejumlah pembicara dari berbagai negara, seperti Prancis, Amerika Serikat (AS), Jepang, Australia, China, dan Singapura.

"Diskusi ini merupakan salah satu persiapan menyambut konferensi internasional itu. Sebelumnya, kami juga membuat FGD dengan tema serupa di Lahat, Sumatera Selatan. Setelah ini, kemungkinan pertengahan bulan nanti, semoga acara serupa dapat diselenggarakan di Yogyakarta dan Palembang," demikian Ali Nasrullah.

Pada kesempatan yang sama, wartawan senior yang turut menjadi pembicara dalam diskusi Aat Surya Safaat mengatakan, masyarakat adat telah membuktikan bahwa kearifan lokal dapat membuat alam tetap lestari.

"Mereka telah menunjukkan cara hidup yang bersatu, bersinergi dengan alam. Dengan begitu, penting bagi kita semua untuk punya komitmen, menghayati kembali kearifan lokal agar lingkungan dapat terjaga," katanya.

Menurut dia, saat ini banyak pembangunan dilakukan secara tidak berkelanjutan.

"Akibatnya, lingkungan rusak, padahal kelestarian alam itu penting tidak hanya bagi generasi saat ini, tetapi untuk para penerus di masa depan," katanya menambahkan.

Sementara itu, budayawan Uten Sutendy memberi contoh salah satu kearifan lokal yang dapat dipelajari kembali demi menjaga sumber daya alam di Indonesia.

"Masyarakat Baduy merupakan salah satu komunitas adat yang telah mempraktikan kearifan lokal secara lengkap. Komunitas itu telah menjalankan cara hidup yang seimbang, misalnya saja, bagaimana pertanian dilakukan secara berkelanjutan tanpa pupuk (kimia). Bagi mereka, pupuk anorganik itu akan mengurangi kualitas zat hara dalam tanah, orang Baduy juga tidak memakai cangkul saat bertani, karena buat mereka alat tersebut dapat membunuh organisme lain," kata Uten.

Baginya kearifan lokal yang dipraktikkan masyarakat Baduy punya karakteristik yang sama dengan nilai tradisional komunitas adat lainnya.

"Sebagian besar kearifan lokal di tanah air ini punya tiga konsep kunci, yaitu penghargaan terhadap alam, manusia, dan Tuhan/pencipta," demikian Uten Sutendy.