Kemenperin: perempuan dan laki-laki di sektor industri sama banyak
5 Oktober 2017 16:42 WIB
Sekjen Kementerian Perindustrian Haris Munandar saat memberi sambutan pada peresmian lini produksi ketiga PT Nichias Rockwool Indonesia di Karawang, Kamis. (ANTARA News/ Sella Panduarsa Gareta)
Jakarta (ANTARA News) - Pekerja perempuan dan laki-laki di sektor industri diyakini sama banyak di Indonesia, demikian disampaikan Sekjen Kementerian Perindustrian Haris Munandar.
“Dilihat dari karakteristik industri yang ada, pekerja perempuan banyak mengisi berbagai sektor industri di Indonesia,†kata Haris saat dihubungi di Jakarta, Kamis.
Haris memperkirakan, dari 16 juta tenaga kerja di sektor industri, rasio antara tenaga kerja perempuan dan laki-laki mencapai 50:50.
Kendati perlu dibuktikan menggunakan data, namun secara kasat mata Haris mengatakan, sektor-sektor seperti industri tekstil dan produk tekstil, industri makanan dan minuman hingga industri kulit, banyak menggunakan tenaga perempuan.
Sementara itu, untuk industri-industri besar lainnya, seperti industri kelapa sawit, industri smelter hingga industri petrokimia, tenaga kerja perempuan tetap dibutuhkan.
“Ya mereka bukan dibagian lapangan, tapi di kantor mereka tetap dibutuhkan, Perempuan itu kan cekatan, telaten, jadi memang dibutuhkan diberbagai industri,†ungkap Haris.
Menurut Haris, regulasi yang mengatur soal keberpihakan industri kepada pekerja perempuan belum dibutuhkan di Indonesia, karena dengan sendirinya industri yang berkembang di Indonesia menyerap banyak naker perempuan.
“Justru di Indonesia butuhnya perempuan. Jadi, dia sendiri sudah bisa langsung masuk,†ungkap Haris.
Sebelumnya, World Economic Forum (WEF) melalui keterangan resminya menyorot kondisi ketenagakerjaan Indonesia.
Menurut WEF, keterlibatan perempuan dalam dunia kerja di Indonesia masih rendah.
Informasi tersebut dirilis bersamaan dengan peringkat daya saing Indonesia yaang naik lima peringkatdari posisi 41 ke posisi 36.
“Dilihat dari karakteristik industri yang ada, pekerja perempuan banyak mengisi berbagai sektor industri di Indonesia,†kata Haris saat dihubungi di Jakarta, Kamis.
Haris memperkirakan, dari 16 juta tenaga kerja di sektor industri, rasio antara tenaga kerja perempuan dan laki-laki mencapai 50:50.
Kendati perlu dibuktikan menggunakan data, namun secara kasat mata Haris mengatakan, sektor-sektor seperti industri tekstil dan produk tekstil, industri makanan dan minuman hingga industri kulit, banyak menggunakan tenaga perempuan.
Sementara itu, untuk industri-industri besar lainnya, seperti industri kelapa sawit, industri smelter hingga industri petrokimia, tenaga kerja perempuan tetap dibutuhkan.
“Ya mereka bukan dibagian lapangan, tapi di kantor mereka tetap dibutuhkan, Perempuan itu kan cekatan, telaten, jadi memang dibutuhkan diberbagai industri,†ungkap Haris.
Menurut Haris, regulasi yang mengatur soal keberpihakan industri kepada pekerja perempuan belum dibutuhkan di Indonesia, karena dengan sendirinya industri yang berkembang di Indonesia menyerap banyak naker perempuan.
“Justru di Indonesia butuhnya perempuan. Jadi, dia sendiri sudah bisa langsung masuk,†ungkap Haris.
Sebelumnya, World Economic Forum (WEF) melalui keterangan resminya menyorot kondisi ketenagakerjaan Indonesia.
Menurut WEF, keterlibatan perempuan dalam dunia kerja di Indonesia masih rendah.
Informasi tersebut dirilis bersamaan dengan peringkat daya saing Indonesia yaang naik lima peringkatdari posisi 41 ke posisi 36.
Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2017
Tags: