Jakarta (ANTARA News) - Komisioner Perdagangan dan Manager Indonesia pada Dewan Perdagangan dan Investasi Swedia, Anders Wickberg, mengungkapkan bahwa ketidakpastian sistem regulasi menjadi kendala utama pengusaha asal negara Skandinavia tersebut menjalankan bisnis di Indonesia.

"Peraturan yang berubah sangat cepat membuat para pebisnis Swedia sulit beradaptasi. Ini mempengaruhi proses ekspor dan impor produk, juga minat mereka untuk membangun bisnis," ujarnya di Jakarta, Selasa.

Selain regulasi, kurangnya tenaga kerja terampil dan berpendidikan serta belum matangnya infrastruktur juga menjadi faktor penghambat bisnis di Indonesia.

Perusahaan-perusahaan Swedia, menurut Anders, memiliki karakteristik yang berbeda dengan investor lain. Mereka tidak hanya ingin menjadikan Indonesia pasar untuk menjual produk tetapi juga ingin membangun industri dan mempekerjakan sebanyak mungkin pekerja lokal.

Selain itu, pebisnis Swedia juga dituntut menyesuaikan diri dengan budaya bisnis di Indonesia yang sangat berbeda dengan negara asal mereka.

"Tantangan besar lainnya adalah mereka perlu membangun jaringan lokal dengan mitra, pemangku kepentingan, dan pemerintah sebagai orang-orang yang memiliki pengaruh kuat dalam dunia bisnis di Indonesia," tutur Anders.

Meskipun memiliki berbagai tantangan, Indonesia masih menjadi negara favorit untuk pengembangan bisnis terutama di bidang industri manufaktur.

Beberapa perusahaan besar Swedia seperti ritel pakaian H&M bahkan membangun basis produksi terbesarnya untuk kawasan Asia di Indonesia.

Mengekspor 90 persen produknya ke luar negeri, pabrik H&M di Indonesia saat ini mampu mempekerjakan tidak kurang dari 100 ribu pekerja Tanah Air.

"Saya kira saat ini semakin banyak perusahaan Swedia yang melihat Indonesia sebagai potensi besar karena PDB negara ini memiliki proporsi 50 persen dari total PDB seluruh negara Asia Tenggara," kata Anders.

Selain manufaktur, sektor teknologi dan komunikasi juga menjadi peluang usaha yang dibidik perusahaan Swedia, salah satunya Ericsson yang telah beroperasi lebih dari 100 tahun di Indonesia.

"Di negara yang bisnis berbasis digitalnya semakin berkembang seperti Indonesia, infrastruktur dan jaringan teknologi komunikasi sangat diperlukan dan Ericsson berkomitmen mendukung industri ini," ujar dia.