Indonesia negara maritim tapi tanpa pelabuhan kapal pesiar
3 Oktober 2017 21:56 WIB
Dokumentasi wisatawan mancanegara turun dari kapal kapal pesiar MS Volendam yang bersandar di Pelabuhan Benoa, Bali, Rabu (28/12/2016). Pariwisata yang merupakan muara dari banyak sektor pembangunan, termasuk--infrastruktur fisik, sekaligus penghela ekonomi nasional menjadi salah satu prioritas pemerintah. (ANTARA/Fikri Yusuf)
Jakarta (ANTARA News) - Presiden Joko Widodo menyinggung Indonesia yang belum memiliki terminal kapal pesiar besar sehingga tidak ada kapal-kapal pesiar yang mampir ke negara kita.
"Kita ini negara kepulauan tapi kita nggak punya terminal kapal pesiar, yacht. Bagaimana kapal pesiar mau datang ke kita. Suruh parkir di mana? Di (Sungai) Ciliwung?," kata Jokowi, saat bicara dalam acara penutupan rapat koordinasi nasional KADIN 2017 di Jakarta, Selasa.
Jokowi mengungkapkan, saat berkunjung ke Singapura dan melihat terminal kapal pesiar, dia yakin Indonesia mampu membuat itu.
"Saya lihat, seperti begitu satu tahun buat 10 juga bisa. Kemarin di paripurna saya sudah perintahkan, dalam dua tahun bangun 10," kata dia.
"Saya kira kita semua paham bertahun-tahun jumlah wisman kita tidak pernah tembus ke angka 10 juta, padahal Thailand 30 juta, Malaysia 24 juta. Produk kita 10 kali yang mereka punya, mungkin 15 kali dari yang mereka punya," katanya.
Namun, kata dia, Thailand, Malaysia, dan Singapura terus berkembang sehingga dia ingin mengugah dunia usaha agar peluang seperti ini dimanfaatkan.
"Kita punya Labuan Bajo tinggal jual saja, kita punya Danau Toba, Wakatobi, Borobudur, Bromo, tapi tidak pernah kita perbaiki bersama," kata dia
Jokowi mengakui masih ada perdebatan saat ini terkait memperbaiki produk dulu atau membangun brand atau memasarkan dulu.
"Dua-duanya harus jalan, kalau nggak kita terlanjur gembar-gembor bangun brand, orangnya kecewa nggak balik lagi. Ini pekejraan besar dunia usaha," katanya.
Dia telah memperintahkan menteri pariwisata agar target 2019 sebesar 20 juta wisman harus tercapai, jika tidak taruhannnya jabatannya.
"Kita ini negara kepulauan tapi kita nggak punya terminal kapal pesiar, yacht. Bagaimana kapal pesiar mau datang ke kita. Suruh parkir di mana? Di (Sungai) Ciliwung?," kata Jokowi, saat bicara dalam acara penutupan rapat koordinasi nasional KADIN 2017 di Jakarta, Selasa.
Jokowi mengungkapkan, saat berkunjung ke Singapura dan melihat terminal kapal pesiar, dia yakin Indonesia mampu membuat itu.
"Saya lihat, seperti begitu satu tahun buat 10 juga bisa. Kemarin di paripurna saya sudah perintahkan, dalam dua tahun bangun 10," kata dia.
"Saya kira kita semua paham bertahun-tahun jumlah wisman kita tidak pernah tembus ke angka 10 juta, padahal Thailand 30 juta, Malaysia 24 juta. Produk kita 10 kali yang mereka punya, mungkin 15 kali dari yang mereka punya," katanya.
Namun, kata dia, Thailand, Malaysia, dan Singapura terus berkembang sehingga dia ingin mengugah dunia usaha agar peluang seperti ini dimanfaatkan.
"Kita punya Labuan Bajo tinggal jual saja, kita punya Danau Toba, Wakatobi, Borobudur, Bromo, tapi tidak pernah kita perbaiki bersama," kata dia
Jokowi mengakui masih ada perdebatan saat ini terkait memperbaiki produk dulu atau membangun brand atau memasarkan dulu.
"Dua-duanya harus jalan, kalau nggak kita terlanjur gembar-gembor bangun brand, orangnya kecewa nggak balik lagi. Ini pekejraan besar dunia usaha," katanya.
Dia telah memperintahkan menteri pariwisata agar target 2019 sebesar 20 juta wisman harus tercapai, jika tidak taruhannnya jabatannya.
Pewarta: Joko Susilo
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2017
Tags: