PBB: korban kecelakaan kapal Rohingya bisa lampaui 60
30 September 2017 12:45 WIB
Arus Pengungsi Belum Berhenti. Pengungsi Rohingya berjalan melintasi sungai usai melintasi perbatasan Myanmar-Bangladesh di Teknaf, Cox's Bazar, Bangladesh, Jumat (29/9/2017). Setiap hari ribuan pengungsi Rohingya masih berdatangan ke Bangladesh. (ANTARA/Akbar Nugroho Gumay)
Jenewa, Swiss (ANTARA News) - Korban yang tewas akibat terbaliknya kapal yang mengangkut pengungsi Rohingya menuju Bangladesh bisa melampaui 60 orang, kata badan imigrasi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
"Dua puluh tiga orang dipastikan tewas, 40 hilang dan diduga tenggelam," kata juru bicara Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM) Joel Millman kepada wartawan di Jenewa, Jumat (29/9), merujuk pada kecelakaan pada Kamis (28/9).
"Total korban tewas berada di kisaran 60," ia menambahkan, merevisi data jumlah korban sebelumnya sebanyak 19 orang.
Penyintas dari insiden tersebut mengatakan kepada staf IOM bahwa kapal mengangkut sekitar 80 orang, termasuk 50 anak, yang diyakini mengungsi dari kekerasan di negara bagian Rakhine, Myanmar utara.
"Para penyintas menggambarkan mereka berada di laut sepanjang malam, tanpa makanan," kata Millman sebagaimana dikutip kantor berita AFP.
Tragedi kapal tenggelam itu merupakan insiden terbaru dari serangkaian kecelakaan mematikan yang dihadapi pengungsi saat menyeberang ke Bangladesh, tempat mereka tinggal di tenda-tenda di tengah kekurangan hampir semua bentuk bantuan.
"Dua puluh tiga orang dipastikan tewas, 40 hilang dan diduga tenggelam," kata juru bicara Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM) Joel Millman kepada wartawan di Jenewa, Jumat (29/9), merujuk pada kecelakaan pada Kamis (28/9).
"Total korban tewas berada di kisaran 60," ia menambahkan, merevisi data jumlah korban sebelumnya sebanyak 19 orang.
Penyintas dari insiden tersebut mengatakan kepada staf IOM bahwa kapal mengangkut sekitar 80 orang, termasuk 50 anak, yang diyakini mengungsi dari kekerasan di negara bagian Rakhine, Myanmar utara.
"Para penyintas menggambarkan mereka berada di laut sepanjang malam, tanpa makanan," kata Millman sebagaimana dikutip kantor berita AFP.
Tragedi kapal tenggelam itu merupakan insiden terbaru dari serangkaian kecelakaan mematikan yang dihadapi pengungsi saat menyeberang ke Bangladesh, tempat mereka tinggal di tenda-tenda di tengah kekurangan hampir semua bentuk bantuan.
Penerjemah: Ida Nurcahyani
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2017
Tags: