Festival Laweyan ajak masyarakat belajar membatik
29 September 2017 19:59 WIB
Menyambut Hari Batik. Peserta mengikuti kegiatan belajar membatik bersama dalam rangkaian acara Festival Laweyan di Kampoeng Batik Laweyan, Solo, Jawa Tengah, Selasa (26/9/2017). Kegiatan tersebut digelar untuk mengenalkan potensi Kampoeng Batik Laweyan sekaligus menyambut Hari Batik Nasional pada 2 Oktober mendatang. (ANTARA FOTO/Maulana Surya)
Solo (ANTARA News) - Kegiatan Festival Laweyan 2017 mengajak masyarakat Solo belajar membatik untuk memunculkan kecintaan warga terhadap salah satu kekayaan seni kota tersebut.
"Untuk acara belajar membatik ini ada 55 peserta yang ikut, mereka dari warga di Kecamatan Laweyan," kata Ketua Panitia Festival Laweyan 2017 Yusuf Agung di sela kegiatan yang dilaksanakan di Pendopo Kelurahan Laweyan Solo, Jumat.
Ia mengatakan untuk kegiatan membatik tersebut tidak ada tema khusus yang harus diikuti oleh para peserta karena kain yang diberikan sudah ada motif bunga dan tangkai sehingga peserta tinggal mengikuti alur gambar tersebut.
"Yang penting mereka paham sehingga tahu seperti apa cara membatik. Dengan begitu muncul kecintaan mereka terhadap seni membatik," katanya.
Menurut dia, dengan makin banyaknya masyarakat yang menyukai seni membatik maka sama saja dengan mempersiapkan generasi muda melanjutkan tradisi membatik sehingga pembatik akan terus ada.
Pada kesempatan yang sama, Wakil Wali Kota Surakarta Achmad Purnomo yang juga menjadi salah satu peserta belajar membatik mengatakan batik adalah salah satu ikon Kota Solo sehingga harus dijaga keberadaannya.
"Generasi muda memang harus dipersiapkan untuk mencintai budaya Indonesia, termasuk membatik. Generasi muda harus paham bahwa batik adalah ikon Kota Solo sehingga harus terus dilestarikan, jangan sampai punah," katanya.
Sementara itu, salah satu peserta, Putri Nastiti mengatakan sangat antusias mengikuti kegiatan tersebut karena selama ini belum pernah membatik.
"Meskipun sudah ada motifnya ternyata tetap tidak mudah. Bagi saya susah sekali karena lilinnya panas, masih harus dilekatkan ke kain," katanya.
Meski sulit, ia mengatakan tetap akan belajar membatik karena ingin melestarikan kekayaan Kota Solo.
"Untuk acara belajar membatik ini ada 55 peserta yang ikut, mereka dari warga di Kecamatan Laweyan," kata Ketua Panitia Festival Laweyan 2017 Yusuf Agung di sela kegiatan yang dilaksanakan di Pendopo Kelurahan Laweyan Solo, Jumat.
Ia mengatakan untuk kegiatan membatik tersebut tidak ada tema khusus yang harus diikuti oleh para peserta karena kain yang diberikan sudah ada motif bunga dan tangkai sehingga peserta tinggal mengikuti alur gambar tersebut.
"Yang penting mereka paham sehingga tahu seperti apa cara membatik. Dengan begitu muncul kecintaan mereka terhadap seni membatik," katanya.
Menurut dia, dengan makin banyaknya masyarakat yang menyukai seni membatik maka sama saja dengan mempersiapkan generasi muda melanjutkan tradisi membatik sehingga pembatik akan terus ada.
Pada kesempatan yang sama, Wakil Wali Kota Surakarta Achmad Purnomo yang juga menjadi salah satu peserta belajar membatik mengatakan batik adalah salah satu ikon Kota Solo sehingga harus dijaga keberadaannya.
"Generasi muda memang harus dipersiapkan untuk mencintai budaya Indonesia, termasuk membatik. Generasi muda harus paham bahwa batik adalah ikon Kota Solo sehingga harus terus dilestarikan, jangan sampai punah," katanya.
Sementara itu, salah satu peserta, Putri Nastiti mengatakan sangat antusias mengikuti kegiatan tersebut karena selama ini belum pernah membatik.
"Meskipun sudah ada motifnya ternyata tetap tidak mudah. Bagi saya susah sekali karena lilinnya panas, masih harus dilekatkan ke kain," katanya.
Meski sulit, ia mengatakan tetap akan belajar membatik karena ingin melestarikan kekayaan Kota Solo.
Pewarta: Aris W Widiastuti
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2017
Tags: