Menteri Yohana jadi pembina Srikandi Sungai Indonesia
28 September 2017 14:48 WIB
Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Yohana Yembise mengikuti rapat kerja dengan Komisi VIII DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (14/6/2017). (ANTARA /Sigid Kurniawan)
Sorong (ANTARA News) - Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Yohana Yembise didaulat menjadi salah satu tokoh pembina organisasi yang menggerakkan revitalisasi sungai yaitu Srikandi Sungai Indonesia.
"Dengan pelantikan ini, saya harapkan kita tetap menjaga kelestarian sungai dan air dan saya yakin air dapat dilestarikan karena dibutuhkan keluarga," kata Yohana di Sorong Selatan, Papua Barat, Kamis.
Menurut dia, masyarakat dapat hidup tanpa listrik. Tetapi jika tanpa air maka perempuan dan anak-anakakan paling menderita.
"Sungai adalah salah satu sumber air untuk masyarakat dengan perempuan dan anak-anak di dalamnya," kata dia.
Dia mengatakan sebagian besar perempuan bersentuhan langsung dengan sungai dan air.
Menurut dia, di atas air, termasuk di sungai, menjadi tempat anak bermain dan ibu mencuci pakaian. Air juga dipakai perempuan untuk memasak.
"Masak, minum, mandi butuh air. Jarang nampak bapak-bapak yang mengoptimalkan air seperti ibu-ibu. Ada hubungan erat air dengan ibu-ibu," kata dia.
Jika air sungai dan sumber air lainnya tercemar, kata dia, maka yang paling terdampak adalah perempuan dan anak.
Dia mengatakan dengan adanya organisasi yang mengupayakan ketersediaan air yang layak lewat sungai maka dapat memberi danpak yang baik untuk ketahanan keluarga.
Ketua Srikandi Sungai Indonesia Surani Hasanati ingin para perempuan menjadi penggerak melestarikan sungai. Para srikandi harus ikut dalam proses adaptasi dan mitigasi perubahan iklim dan pengarusutamaan gender di lingkungan sungai.
"Kegiatan juga untuk memperkuat jejaring srikandi sungai di Provinsi Papua Barat, antara komunitas, pemerintah dan akademisi," kata dia.
"Dengan pelantikan ini, saya harapkan kita tetap menjaga kelestarian sungai dan air dan saya yakin air dapat dilestarikan karena dibutuhkan keluarga," kata Yohana di Sorong Selatan, Papua Barat, Kamis.
Menurut dia, masyarakat dapat hidup tanpa listrik. Tetapi jika tanpa air maka perempuan dan anak-anakakan paling menderita.
"Sungai adalah salah satu sumber air untuk masyarakat dengan perempuan dan anak-anak di dalamnya," kata dia.
Dia mengatakan sebagian besar perempuan bersentuhan langsung dengan sungai dan air.
Menurut dia, di atas air, termasuk di sungai, menjadi tempat anak bermain dan ibu mencuci pakaian. Air juga dipakai perempuan untuk memasak.
"Masak, minum, mandi butuh air. Jarang nampak bapak-bapak yang mengoptimalkan air seperti ibu-ibu. Ada hubungan erat air dengan ibu-ibu," kata dia.
Jika air sungai dan sumber air lainnya tercemar, kata dia, maka yang paling terdampak adalah perempuan dan anak.
Dia mengatakan dengan adanya organisasi yang mengupayakan ketersediaan air yang layak lewat sungai maka dapat memberi danpak yang baik untuk ketahanan keluarga.
Ketua Srikandi Sungai Indonesia Surani Hasanati ingin para perempuan menjadi penggerak melestarikan sungai. Para srikandi harus ikut dalam proses adaptasi dan mitigasi perubahan iklim dan pengarusutamaan gender di lingkungan sungai.
"Kegiatan juga untuk memperkuat jejaring srikandi sungai di Provinsi Papua Barat, antara komunitas, pemerintah dan akademisi," kata dia.
Pewarta: Anom Prihantoro
Editor: Gilang Galiartha
Copyright © ANTARA 2017
Tags: