Jakarta (ANTARA News) - Para pemain dalam film "Baa Baa Land" berbeda dengan aktor biasa, mereka berjalan dengan empat kaki.




Film "Baa Baa Land" berdurasi delapan jam, menampilkan sekelompok domba, dan disebut oleh pembuatnya sebagai film paling membosankan yang pernah ada.




Film yang judulnya merupakan plesetan dari "La La Land" itu tak menampilkan satu pun aktor, kata-kata atau narasi. Isinya hanyalah gambar slow-motion dari domba-domba di padang rumput di Essex, Inggris.




Film ini dibuat oleh Calm.com, salah satu perusahaan dari industri meditasi, sebagai lelucon obat insomnia. Aplikasi seperti Calm dan Headspace, yang diklaim punya enam juta pengguna, menawarkan panduan meditasi, yang disebut membantu pengguna tidur nyenyak.




Ada sekitar setidaknya 1.300 aplikasi meditasi di pasar yang terus meningkat, kata firma riset Sensor Tower seperti dilansir Reuters.




Dengan banyaknya aplikasi yang mendapat bintang 4,5 dan 5 dari puluhan ribu penggunanya, teknologi itu sepertinya diterima secara positif.




Sebagian pakar merasa skeptis teknologi bisa memberikan ketenangan bagi penggunanya, meski ada yang merasa terbantu dengan aplikasi seperti itu, entah untuk istirahat sejenak atau tidur lebih nyenyak.




"Gagasan menggunakan aplikasi dalam platform digital untuk tidur -- terlepas dari apakah itu sukses atau gagal -- adalah kebalikan dari yang seharusnya Anda lakukan, yakni menghindari stimulasi, interaksi dan berpikir," kata pakar tidur Dr. Neil Stanley pada Reuters.




Penelitian menunjukkan banyak aplikasi kesehatan yang kesulitan mewujudkan manfaat yang mereka tawarkan.




Sebuah studi tentang aplikasi kesehatan mental 2015 oleh para periset di University of Liverpool menemukan bahwa banyak produk kesehatan mental digital yang "kurang kredibel dan punya efektivitas klinis yang terbatas," meskipun tercatat bahwa beberapa memang memberikan "manfaat yang signifikan bagi pasien."




Pakar lain merasa bahwa meski bukan obat mujarab, aplikasi seperti itu merupakan titik awal yang positif bagi banyak orang.




"Ini lebih jauh tentang memahami bagaimana menggunakan digital sebagai alat dan bukan penguasa hidup kita," kata Orianna Fielding, pendiri perusahaan Digital Detox, yang mengelola lokakarya tentang kesejahteraan dalam kehidupan digital masyarakat.