Jakarta (ANTARA News) - Kementerian Perindustrianterus mengembangkan potensi sektor industri di Jawa Barat (Jabar) karena selama ini kontribusinya cukup besar terhadap perekonomian nasional.




Apalagi, dari 82 kawasan industri yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia, separuhnya berlokasi di Jabar, demikian disampaikan Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto.




“Jabar merupakan wilayah yang strategis, sehingga dipacu menjadi salah satu pusat industri hulu hingga hilir. Hal ini ditandai dengan percepatan pembangunan infrastruktur di beberapa wilayah Jabar untuk menjadi magnet bagi masuknya investasi asing dan dalam negeri,” kata Airlangga melalui keterangannya di Jakarta, Rabu.




Airlangga menegaskan, pemerintah mendorong berkembangnya sektor ekonomi potensial daerah sebagai sumber pertumbuhan baru yang disesuaikan dengan karakteristik daerah.




Khusus untuk Jabar bagian Utara, industri yang potensial antara lain sektor otomotif, elektronika, makanan dan minuman, telematika, serta tekstil dan produk tekstil. Sedangkan, wilayah Jabar bagian Selatan, industri pengolahan hasil pertanian dan maritim.




Merujuk data Pemprov Jabar, provinsi dengan Ibukota Bandung ini berkontribusi sebesar 14,33 persen terhadap produk domestik bruto (PDB) nasional dan menyumbang 60 persen PDB sektor industri manufaktur.




Dari sisi investasi, Jawa Barat memberikan 34,46 persen dari penanaman modal asing.




Sementara itu, Badan Pusat Statistik mencatat, jumlah tenaga kerja berdasarkan lapangan pekerjaan utama pada tahun 2016 mencapai 120.647.697 orang, di mana yang bekerja di sektor industri sebanyak 15.975.086 orang dengan kontribusi terbesar dari Provinsi Jawa Barat sekitar 3.892.044 orang (24,93 persen).




Selanjutnya, diikuti Jawa Tengah 3.219.793 orang (20,16 persen), dan Jawa Timur 2.948.203 orang (18,46 persen).




Oleh karena itu, dalam upaya pengembangan industri berdaya saing tinggi, yang perlu dilakukan adalah peningkatan sumber daya manusia melalui pendidikan vokasi dan pembangunan politeknik atau akademi komunitas di kawasan industri.




“Salah satu langkah yang telah dilakukan Kemenperin, yaitu meluncurkan program pendidikan vokasi industri untuk wilayah Jabar pada Juli lalu,” ujar Menperin.




Menurutnya, program pendidikan vokasi yang mengusung konsep link and match antara Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dengan industri tersebut guna menghasilkan tenaga kerja terampil sekaligus meningkatkan kinerja sektor industri nasional.




Provinsi Jawa Barat menjadi pilihan tahap ketiga, setelah sukses digelar di Jawa Timur serta Jawa Tengah dan D.I. Yogyakarta.




Untuk wilayah Jabar, Kemenperin menggandeng sebanyak 140 industri dan 409 SMK dengan dilakukan penandatanganan mencapai 807 perjanjian kerja sama.




“Jumlah perjanjian kerja sama itu, karena sebagian SMK dibina oleh lebih dari satu perusahaan, sesuai dengan program keahlian yang dimiliki,” tutur Airlangga.




Di samping itu, Kemenperin juga gencar menciptakan wirausaha baru di lingkungan pondok pesantren melalui program Santripreneur.




Upaya ini dimaksudkan agar para lulusan pondok pesantren nanti dapat turut mendorong penumbuhan industri kecil dan menengah (IKM). Apalagi Jabar memiliki cukup banyak kota santri.




“Untuk meningkatkan skala ekonomi IKM Jabar, kami juga melakukan pendampingan yang memastikan adanya jaminan produk, keamanan dan standar. Selain itu, kami mendorong pemanfaatan teknologi dan integrasi IKM ke perekonomian digital melalui pengembangan e-smart IKM,” paparnya.