Menristekdikti harapkan PT tegas hadapi perongrong Pancasila-NKRI
27 September 2017 18:17 WIB
Dokumentasi Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi, Mohamad Nasir, memberikan sambutan pada Deklarasi Antiradikalisme Perguruan Tinggi se-Daerah Istimewa Yogyakarta di Universitas Negeri Yogyakarta, Sabtu (22/7/2017). (ANTARA News/Dewanto Samodro)
Jember (ANTARA News) - Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir mengharapkan pimpinan melakukan tindakan tegas terhadap berbagai aktivitas yang dapat merongrong kekokohan Pancasila dan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)
"Tegas, tapi tetap santun dan tidak mematikan kreativitas mereka," katanya saat menghadiri acara Deklarasi Anti Radikalisme Perguruan Tinggi di kampus Universitas Jember, Rabu.
Menurut dia, upaya pencegahan radikalisme di kampus tentu tidaklah hanya cukup dengan deklarasi.
Ia mengharapkan dilakukan kajian dan penerapan strategi baru secara sistematis untuk mencegah perkembangan radikalisme yang bisa menjadi ancaman dalam bentuk terorisme
Dia mengatakan deklarasi ini menunjukkan kepada siapapun bahwa kita tetap teguh dan bersatu dalam nuansa kebangsaan dan kebinekaan.
"Sudah selayaknya kita sebagai masyarakat akademis berpendidikan tinggi harus terus menanamkan diri akan pentingnya cinta tanah air dan cinta sesama manusia yang dapat mengapreasiasi perbedaan," katanya.
Dia mengatakan jika ada dosen dan mahasiwa terlibat radikalisme atau tergabung dalam organisasi yang berlawanan dengan ideologi Pancasila sepeti Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) maka akan ditindak tegas dan dilakukan pembinaan.
"HTI sudah dibubarkan dan dosen harus memilih apakah masih bekerja atau tidak. Jika masih gabung HTI, akan diberhentikan," katanya.
Dia mengharapkan agar perguruan tinggi memunculkan konsep akademik untuk melawan radikalisme .
Nasir mengatakan saat ini potensi menyusup ideologi terorisme dan radikalisme di perguruan tinggi meningkat dan disinyalir mahasiswa bersama unsur civitas akademika lainnya di perguruan tinggi menjadi sasaran pelemahan NKRI.
"Tegas, tapi tetap santun dan tidak mematikan kreativitas mereka," katanya saat menghadiri acara Deklarasi Anti Radikalisme Perguruan Tinggi di kampus Universitas Jember, Rabu.
Menurut dia, upaya pencegahan radikalisme di kampus tentu tidaklah hanya cukup dengan deklarasi.
Ia mengharapkan dilakukan kajian dan penerapan strategi baru secara sistematis untuk mencegah perkembangan radikalisme yang bisa menjadi ancaman dalam bentuk terorisme
Dia mengatakan deklarasi ini menunjukkan kepada siapapun bahwa kita tetap teguh dan bersatu dalam nuansa kebangsaan dan kebinekaan.
"Sudah selayaknya kita sebagai masyarakat akademis berpendidikan tinggi harus terus menanamkan diri akan pentingnya cinta tanah air dan cinta sesama manusia yang dapat mengapreasiasi perbedaan," katanya.
Dia mengatakan jika ada dosen dan mahasiwa terlibat radikalisme atau tergabung dalam organisasi yang berlawanan dengan ideologi Pancasila sepeti Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) maka akan ditindak tegas dan dilakukan pembinaan.
"HTI sudah dibubarkan dan dosen harus memilih apakah masih bekerja atau tidak. Jika masih gabung HTI, akan diberhentikan," katanya.
Dia mengharapkan agar perguruan tinggi memunculkan konsep akademik untuk melawan radikalisme .
Nasir mengatakan saat ini potensi menyusup ideologi terorisme dan radikalisme di perguruan tinggi meningkat dan disinyalir mahasiswa bersama unsur civitas akademika lainnya di perguruan tinggi menjadi sasaran pelemahan NKRI.
Pewarta: Santoso
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2017
Tags: