Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Rabu sore, bergerak melemah 11 poin menjadi Rp13.385 dibandingkan sebelumnya pada posisi Rp13.374 per dolar Amerika Serikat (AS).

Analis Monex Investindo Futures Agus Chandra di Jakarta, Rabu mengataka pidato optimistis Ketua The Fed Janet Yellen yang membuka peluang kenaikan suku bunga Amerika Serikat (Fed Fund Rate) mendorong penguatan dolar AS terhadap mayoritas mata uang dunia, termasuk rupiah.

"Dolar AS menguat dipicu oleh pernyataan Janet Yellen yang membuka peluang kenaikan suku bnganya. Pasar berekspektasi The Fed akan menaikkan suku bunga sekali lagi pada akhir 2017," katanya.

Ia menambahkan bahwa ketegangan geopolitik di Semenanjung Korea yang cenderung mulai mereda turut menguatkan dolar AS. Kondisi itu, membuat imbal hasil obligasi Pemerintah AS meningkat.

Agus Chandra menambahkan investor saat ini sedang menantikan data ekonomi Amerika Serikat yang akan dirilis dalam waktu dekat, antara lain pesanan barang tahan lama, dan data penjualan rumah tertunda AS.

"Data itu akan menentukan pergerakan dolar AS selanjutnya. Hasil yang positif berpotensi mendorong naik dolar AS," katanya.

Analis Binaartha Sekuritas Reza Priyambada menambahkan bahwa nilai tukar rupiah relatif masih stabil, fundamental ekonomi nasional yang cukup kuat menjadi salah satu faktor yang menjaga rupiah untuk tidak tertekan lebih dalam.

Ia mengemukakan bahwa Bank Pembangunan Asia (ADB) memproyeksikan ekonomi Indonesia masih mengalami penguatan dan berpotensi tumbuh sebesar 5,1 persen pada 2017 serta 5,3 persen pada 2018.

Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Rabu ini (27/9) mencatat nilai tukar rupiah bergerak melemah ke posisi Rp13.384 dibandingkan posisi sebelumnya Rp13.348 per dolar AS.