Eceran elpiji bersubsidi di Kendari melonjak
26 September 2017 16:41 WIB
Operasi Pasar Gas Elpiji 3 Kg Petugas melayani warga yang akan membeli gas elpiji tiga kg saat operasi pasar di Palu, Sulawesi Tengah, Selasa (14/3/2017). (ANTARA FOTO/Mohamad Hamzah) ()
Kendari (ANTARA News) - Harga eceran tabung gas elpiji bersubsidi 3 kilogram di Kendari, Provinsi Sulawesi Tenggara melonjak sampai Rp27.000.
Seorang ibu rumah tangga Mince (45) di Kendari, Selasa, mengatakan lonjakan harga eceran gas elpiji dari harga yang ditetapkan pemerintah Rp18.000 disebabkan stok, baik agen maupun pengecer resmi kosong.
"Pangkalan resmi yang biasa langganan pengambilan tabung gas elpiji kosong. Ironisnya, yang mengecer tabung gas justru orang-orang baru," kata Mince.
Fenomena ini, kata dia, patut dicurigai adanya oknum yang "bermain" dengan bisnis tabung gas bersubsidi untuk meraih keuntungan besar.
Ia mengimbau Dinas Energi Sumber Daya Mineral (ESDM), pemerintah daerah, wakil rakyat dan asosiasi migas peka dengan kondisi demikian karena menyangkut kebutuhan dasar masyarakat.
"Aparat penegak hukum kepolisian dan organisasi perlindungan konsumen jangan diam menerima keluhan tentang kelangkaan tabung gas bersubsidi," ujarnya.
Kapolres Kota Kendari AKBP Jemi Junaidi mengatakan spekulasi harga gas elpiji dapat memincu terjadinya penimbunan dengan harapan pelaku memperoleh keuntungan berlipat.
"Kepolisian tetap melakukan antisipasi terhadap kemunginan adanya penimbunan gas elpiji yang bertentangan dengan kebijakan pemerintah untuk membantu keluarga prasejahtera," kata Kapolres Jemi.
Kepolisian belum melakukan razia di kalangan distributor dan pengecer karena masih melakukan pemantauan secara tertutup oleh personil intelijen.
Ia mengimbau warga untuk ikut berperan memantau dan melaporkan ke aparat berwajib jika menemukan adanya penimbunan.
"Elpiji merupakan kebutuhan rumah tangga yang tergolong penting sehingga publik akan resah jika ada pihak yang melakukan penimbunan," katanya.
(T.S032/H015)
Seorang ibu rumah tangga Mince (45) di Kendari, Selasa, mengatakan lonjakan harga eceran gas elpiji dari harga yang ditetapkan pemerintah Rp18.000 disebabkan stok, baik agen maupun pengecer resmi kosong.
"Pangkalan resmi yang biasa langganan pengambilan tabung gas elpiji kosong. Ironisnya, yang mengecer tabung gas justru orang-orang baru," kata Mince.
Fenomena ini, kata dia, patut dicurigai adanya oknum yang "bermain" dengan bisnis tabung gas bersubsidi untuk meraih keuntungan besar.
Ia mengimbau Dinas Energi Sumber Daya Mineral (ESDM), pemerintah daerah, wakil rakyat dan asosiasi migas peka dengan kondisi demikian karena menyangkut kebutuhan dasar masyarakat.
"Aparat penegak hukum kepolisian dan organisasi perlindungan konsumen jangan diam menerima keluhan tentang kelangkaan tabung gas bersubsidi," ujarnya.
Kapolres Kota Kendari AKBP Jemi Junaidi mengatakan spekulasi harga gas elpiji dapat memincu terjadinya penimbunan dengan harapan pelaku memperoleh keuntungan berlipat.
"Kepolisian tetap melakukan antisipasi terhadap kemunginan adanya penimbunan gas elpiji yang bertentangan dengan kebijakan pemerintah untuk membantu keluarga prasejahtera," kata Kapolres Jemi.
Kepolisian belum melakukan razia di kalangan distributor dan pengecer karena masih melakukan pemantauan secara tertutup oleh personil intelijen.
Ia mengimbau warga untuk ikut berperan memantau dan melaporkan ke aparat berwajib jika menemukan adanya penimbunan.
"Elpiji merupakan kebutuhan rumah tangga yang tergolong penting sehingga publik akan resah jika ada pihak yang melakukan penimbunan," katanya.
(T.S032/H015)
Pewarta: Sarjono
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2017
Tags: