Kebakaran hutan di Pegunungan Muria bisa dipadamkan
25 September 2017 17:30 WIB
Arsip: Wisatawan mengunjungi wisata Gardu Pandang Ternadi di Desa Ternadi, Dawe, Kudus, Jawa Tengah, Minggu (30/7/2017). Wisatawan bisa menikmati pemandangan deretan pegunungan Muria dari sisi barat dan selatan serta hawa yang sejuk di lokasi yang baru dibuka tiga bulan yang lalu tersebut dengan harga tiket masuk Rp5.000. (ANTARA FOTO/Yusuf Nugroho)
Kudus (ANTARA News) - Kebakaran hutan di kawasan Pegunungan Muria Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, sejak Minggu (24/9) siang berhasil dipadamkan, kata Wakil Administratur Perum Perhutani Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Pati Selatan Agus Ridwan.
"Upaya penyisiran pada lokasi titik api pada Minggu (24/9), memang membuahkan hasil karena sekitar pukul 13.00 WIB api berhasil dipadamkan," ujarnya dihubungi lewat telepon dari Kudus, Senin.
Ia mengatakan, upaya pemadaman melibatkan personel dari Perum Perhutani sebanyak 15 orang, Taruna Siaga Bencana (Tagana) 11 orang, BPBD Kudus enam orang, tim Regu Pencari dan Penolong (SAR) 15 orang dan masyarakat 16 orang.
Setelah berhasil dipadamkan, kata dia, sekitar pukul 14.30 WIB turun hujan dengan intensitas rendah.
Awalnya, kata dia, titik api muncul di bagian lereng dekat Petilasan Abiyoso petak 75 Resort Pemangkuan Hutan (RPH) Bategede Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Muria Pati Ayam Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Pati pada Jumat (22/9) pukul 10.00 WIB.
Atas kejadian tersebut, Perhutani berkoordinasi dengan Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH), Pemerintah Desa Rahtawu dan Kecamatan Gebog, Polsek, Koramil Gebog dan BPBD Kudus.
"Lokasi titik api, ternyata berada di lereng yang curam dan sulit dijangkau," ujarya.
Untuk itu, lanjut dia, diambil tindakan untuk melakukan pemetaan kemungkinan area terdampak dan lokalisir api dengan menggunakan drone (wahana tanpa awak).
Berdasarkan hasil pantauan menggunakan "drone", diputuskan memantau api sampai dengan titik yang dapat dijangkau.
Hasil pemantauan pada Sabtu (23/9), kata Agus, titik api menyebar ke tiga titik, yakni Abiyoso, Segerobok dan Rumbangan yang masih berada di wilayah Kabupaten Kudus.
Selanjutnya, diterjunkan personel yang terbagi menjadi dua tim, yakni tim yang akan menuju titik Abiyoso dan Segerobok yang aksesnya bisa dijangkau.
Akhirnya, lanjut dia, tim gabungan tersebut dapat memadamkan dua titik api dan melokalisir dengan membuat ilaran api.
Tim gabungan tersebut, meliputi personel dari Perum Perhutani Pati, Tagana, BPBD, SAR, relawan serta masyarakat.
Pada Minggu (24/9) pagi, dilanjutkan penyisiran di titik Segerobok dan Abiyoso untuk memastikan tidak api yang muncul.
"Tim gabungan bergerak memadamkan api di titik Rumbangan dan pukul 13.00 WIB berhasil dipadamkan, kemudian turun hujan dengan intensitas rendah," ujarnya.
Ia mencatat, luas lahan yang terbakar mencapai 3 hektare lebih, sedangkan yang terbakar berupa semak belukar dan pakis kering yang tumbuh di bukit batu.
Hari ini (25/9), lanjut dia, kembali dilakukan pemantauan untuk dilakukan penyisiran di tiga titik munculnya api sebelumnya.
Tim pemantauan hari ini (25/9), meliputi personel dari Perum Perhutani sebanyak lima orang dan masyarakat sebanyak 10 orang.
Rencananya, Perum Perhutani Pati akan mengupayakan lokasi yang terbakar tersebut ditanami tanaman kaliandra yang merupakan tanaman perdu yang mempunyai batang berkayu, bertajuk lebat, dan bisa tumbuh tinggi.
"Upaya penyisiran pada lokasi titik api pada Minggu (24/9), memang membuahkan hasil karena sekitar pukul 13.00 WIB api berhasil dipadamkan," ujarnya dihubungi lewat telepon dari Kudus, Senin.
Ia mengatakan, upaya pemadaman melibatkan personel dari Perum Perhutani sebanyak 15 orang, Taruna Siaga Bencana (Tagana) 11 orang, BPBD Kudus enam orang, tim Regu Pencari dan Penolong (SAR) 15 orang dan masyarakat 16 orang.
Setelah berhasil dipadamkan, kata dia, sekitar pukul 14.30 WIB turun hujan dengan intensitas rendah.
Awalnya, kata dia, titik api muncul di bagian lereng dekat Petilasan Abiyoso petak 75 Resort Pemangkuan Hutan (RPH) Bategede Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Muria Pati Ayam Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Pati pada Jumat (22/9) pukul 10.00 WIB.
Atas kejadian tersebut, Perhutani berkoordinasi dengan Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH), Pemerintah Desa Rahtawu dan Kecamatan Gebog, Polsek, Koramil Gebog dan BPBD Kudus.
"Lokasi titik api, ternyata berada di lereng yang curam dan sulit dijangkau," ujarya.
Untuk itu, lanjut dia, diambil tindakan untuk melakukan pemetaan kemungkinan area terdampak dan lokalisir api dengan menggunakan drone (wahana tanpa awak).
Berdasarkan hasil pantauan menggunakan "drone", diputuskan memantau api sampai dengan titik yang dapat dijangkau.
Hasil pemantauan pada Sabtu (23/9), kata Agus, titik api menyebar ke tiga titik, yakni Abiyoso, Segerobok dan Rumbangan yang masih berada di wilayah Kabupaten Kudus.
Selanjutnya, diterjunkan personel yang terbagi menjadi dua tim, yakni tim yang akan menuju titik Abiyoso dan Segerobok yang aksesnya bisa dijangkau.
Akhirnya, lanjut dia, tim gabungan tersebut dapat memadamkan dua titik api dan melokalisir dengan membuat ilaran api.
Tim gabungan tersebut, meliputi personel dari Perum Perhutani Pati, Tagana, BPBD, SAR, relawan serta masyarakat.
Pada Minggu (24/9) pagi, dilanjutkan penyisiran di titik Segerobok dan Abiyoso untuk memastikan tidak api yang muncul.
"Tim gabungan bergerak memadamkan api di titik Rumbangan dan pukul 13.00 WIB berhasil dipadamkan, kemudian turun hujan dengan intensitas rendah," ujarnya.
Ia mencatat, luas lahan yang terbakar mencapai 3 hektare lebih, sedangkan yang terbakar berupa semak belukar dan pakis kering yang tumbuh di bukit batu.
Hari ini (25/9), lanjut dia, kembali dilakukan pemantauan untuk dilakukan penyisiran di tiga titik munculnya api sebelumnya.
Tim pemantauan hari ini (25/9), meliputi personel dari Perum Perhutani sebanyak lima orang dan masyarakat sebanyak 10 orang.
Rencananya, Perum Perhutani Pati akan mengupayakan lokasi yang terbakar tersebut ditanami tanaman kaliandra yang merupakan tanaman perdu yang mempunyai batang berkayu, bertajuk lebat, dan bisa tumbuh tinggi.
Pewarta: Akhmad Nazaruddin Lathif
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2017
Tags: