Jakarta (ANTARA News) - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyatakan bahwa equinox merupakan fenomena alamiah yang terjadi saat gerak semu matahari melintas tepat di atas garis khatulistiwa.

"Keberadaan fenomena tersebut tidak selalu mengakibatkan peningkatan suhu udara secara drastis, dimana kita ketahui rata-rata suhu maksimal di wilayah Indonesia bisa mencapai 32-37 derajat Celcius," kata Humas BMKG Hary Djatmiko dalam keterangannya yang diterima di Jakarta, Jumat.

Hal itu di sampaikan menanggapi beredarnya berita yang menyebutkan bahwa suhu udara di Indonesia mengalami peningkatan dapat mencapai 40 derajat Celcius pada saat equinox.

Equinox berlangsung secara periodik dua kali dalam setahun, yaitu pada 21-22 Maret dan 22-23 September. Hal ini disebabkan oleh pergerakan bumi pada porosnya (rotasi) dan peredaran bumi mengelilingi matahari (revolusi).

Saat fenomena ini berlangsung di luar bagian bumi hampir relatif sama, termasuk wilayah yang berada di subtropis bagian Utara maupun Selatan.

Dia menyebutkan, equinox bukan merupakan fenomena gelombang panas (heat wave) seperti yang terjadi di Afrika dan Timur Tengah yang dapat mengakibatkan peningkatan suhu udara secara besar dan bertahan lama.

Karena itu, BMKG mengimbau masyarakat untuk tidak perlu mengkhawatirkan dampak dari equinox sebagaimana disebutkan dalam isu yang berkembang.

Secara umum kondisi cuaca di wilayah Indonesia cenderung masih lembab/basah. Beberapa wilayah Indonesia saat ini sedang memasuki masa/periode transisi/pancaroba.

Maka ada baiknya masyarakat tetap mengantisipasi kondisi cuaca yang cukup panas dengan meningkatkan daya tahan tubuh dan tetap menjaga kesehatan keluarga serta lingkungan.