Kapal geomarin ESDM teliti migas di Laut Arafura
22 September 2017 12:28 WIB
Uji Coba Kapal Geomarin III Teknisi Kapal Geomarin melakukan uji coba peralatan suvei yang digunakakan untuk pengambilan data geologi dan geofisika kelautan di perairan Selat Sunda, Minggu (6/8/2017). Uji coba ini merupakan persiapan pelaksanaan penelitian identifikasi cekungan sedimenter untuk mendukung penyiapan wilayah kerja minyak dan gas bumi (Migas) Perairan Arafura, Papua dan Ocean Thermal Energy Conversion (OTEC) di perairan Lembata Nusa Tenggara Timur. (ANTARAFOTO/Yulius Satria Wijaya) ()
Kupang9 (ANTARA News) - Kapal Geomarin III milik Kementerian ESDM melaksanakan penelitian potensi minyak dan gas bumi di Laut Arafura, Papua, pada periode 21 Agustus hingga 20 September 2017.
"Hasil sementara ini menunjukkan adanya potensi migas di perairan Arafura," kata Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan (P3GL) Kementerian ESDM Ediar Usman saat kegiatan Openship dan Temu Mitra Bisnis Kapal Riset Geomarin III di Pelabuhan Tenau, Kupang, NTT, Jumat.
Hadir dalam kegiatan tersebut antara lain Sekjen Dewan Energi Nasional (DEN) Saleh Abdurrahman, dua anggota DEN yakni Syamsir Abduh dan Pudji Utoro, serta pelaku bisnis.
Geomarin III, yang merupakan kapal riset geologi kelautan tercanggih di Indonesia, memiliki kemampuan survei dua dimensi bidang geologi, geofisika, dan oceanografi.
Menurut Ediar, di Laut Arafura, Kapal Geomarin III, yang dioperasikan P3GL, melakukan survei seismik sepanjang 1.300 km dan survei "gravity meter" serta geomagnet masing-masing 1.700 km.
Berdasarkan hasil penelitian, lanjutnya, sampel dari dasar Laut Arafura diketahui mengandung karbon organik.
"Penafsiran gravity meter dan geomagnet menunjukkan bukti adanya cekungan, yaitu Cekungan Akimegah, yang menebal ke arah daratan Papua di sebelah utaranya dan diperkirakan prospek migas lebih ke arah daratan," ujarnya.
Selanjutnya, ia mengatakan hasil kegiatan survei akan disajikan dalam sebuah laporan lengkap dengan peta dan atlas rekaman seismik.
Ediar menambahkan pada 24 September hingga 7 Oktober 2017, Kapal Geomarin III akan melanjutkan survei sampel temperatur di Laut Flores, utara Pulau Lembata, NTT.
Hasil sampel temperatur laut tersebut akan menjadi dasar investasi energi listrik yang dihasilkan dari perbedaan suhu air laut (ocean thermal energy conversion/OTEC).
Indonesia memiliki potensi OTEC terbesar di dunia yakni 240 Giga Watt (GW) karena berada di daerah khatulistiwa.
Potensi OTEC tersebut tersebar di pantai barat Sumatera, selatan Jawa, Sulawesi, Maluku Utara, Bali, dan NTT.
"P3GL telah mengkaji dan meneliti potensi OTEC di 17 lokasi sebesar 41 GW," katanya.
Menurut Ediar, penilitian potensi OTEC di perairan Lembata akan mencakup seluas 2.200 nauticalmil.
"Potensi keekonomian di Lembata ini diperkirakan dapat menyuplai energi listrik sebesar satu MW yang disesuaikan dengan diameter pipa terhadap kedalaman laut antara 500-700 meter," katanya.
Ia juga mengatakan selain listrik, OTEC bisa dimanfaatkan untuk pemurnian air, pendingin udara, dan produk pertanian, serta menghasilkan hidrogen, litium, dan nutrisi.
"Pemanfaatan OTEC berdampak positif bagi perekonomian masyarakat sekitar. Energi ini bernilai ekonomi lebih tinggi dibandingkan sumber lainnya," ujar Ediar.
Sebelum di Arafura, Kapal Geomarin III melakukan survei di laut utara Bali pada 26 April-19 Mei 2017.
Hasilnya, ditemukan potensi gas biogenik atau gas laut dangkal di cekungan perairan Bali bagian utara.
"Hasil sementara ini menunjukkan adanya potensi migas di perairan Arafura," kata Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan (P3GL) Kementerian ESDM Ediar Usman saat kegiatan Openship dan Temu Mitra Bisnis Kapal Riset Geomarin III di Pelabuhan Tenau, Kupang, NTT, Jumat.
Hadir dalam kegiatan tersebut antara lain Sekjen Dewan Energi Nasional (DEN) Saleh Abdurrahman, dua anggota DEN yakni Syamsir Abduh dan Pudji Utoro, serta pelaku bisnis.
Geomarin III, yang merupakan kapal riset geologi kelautan tercanggih di Indonesia, memiliki kemampuan survei dua dimensi bidang geologi, geofisika, dan oceanografi.
Menurut Ediar, di Laut Arafura, Kapal Geomarin III, yang dioperasikan P3GL, melakukan survei seismik sepanjang 1.300 km dan survei "gravity meter" serta geomagnet masing-masing 1.700 km.
Berdasarkan hasil penelitian, lanjutnya, sampel dari dasar Laut Arafura diketahui mengandung karbon organik.
"Penafsiran gravity meter dan geomagnet menunjukkan bukti adanya cekungan, yaitu Cekungan Akimegah, yang menebal ke arah daratan Papua di sebelah utaranya dan diperkirakan prospek migas lebih ke arah daratan," ujarnya.
Selanjutnya, ia mengatakan hasil kegiatan survei akan disajikan dalam sebuah laporan lengkap dengan peta dan atlas rekaman seismik.
Ediar menambahkan pada 24 September hingga 7 Oktober 2017, Kapal Geomarin III akan melanjutkan survei sampel temperatur di Laut Flores, utara Pulau Lembata, NTT.
Hasil sampel temperatur laut tersebut akan menjadi dasar investasi energi listrik yang dihasilkan dari perbedaan suhu air laut (ocean thermal energy conversion/OTEC).
Indonesia memiliki potensi OTEC terbesar di dunia yakni 240 Giga Watt (GW) karena berada di daerah khatulistiwa.
Potensi OTEC tersebut tersebar di pantai barat Sumatera, selatan Jawa, Sulawesi, Maluku Utara, Bali, dan NTT.
"P3GL telah mengkaji dan meneliti potensi OTEC di 17 lokasi sebesar 41 GW," katanya.
Menurut Ediar, penilitian potensi OTEC di perairan Lembata akan mencakup seluas 2.200 nauticalmil.
"Potensi keekonomian di Lembata ini diperkirakan dapat menyuplai energi listrik sebesar satu MW yang disesuaikan dengan diameter pipa terhadap kedalaman laut antara 500-700 meter," katanya.
Ia juga mengatakan selain listrik, OTEC bisa dimanfaatkan untuk pemurnian air, pendingin udara, dan produk pertanian, serta menghasilkan hidrogen, litium, dan nutrisi.
"Pemanfaatan OTEC berdampak positif bagi perekonomian masyarakat sekitar. Energi ini bernilai ekonomi lebih tinggi dibandingkan sumber lainnya," ujar Ediar.
Sebelum di Arafura, Kapal Geomarin III melakukan survei di laut utara Bali pada 26 April-19 Mei 2017.
Hasilnya, ditemukan potensi gas biogenik atau gas laut dangkal di cekungan perairan Bali bagian utara.
Pewarta: Kelik Dewanto
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2017
Tags: