Masyarakat rawan bencana Gunung Agung mulai mengungsi
21 September 2017 12:12 WIB
Warga mengemas barang-barangnya untuk mengungsi dari Desa Sebudi yaitu salah satu desa terdekat dengan puncak Gunung Agung, Karangasem, Bali, Rabu (20/9/2017). Sebagian warga setempat memilih mengungsi sendiri tanpa harus dievakuasi petugas menyusul adanya rekomendasi zona larangan aktivitas di radius enam hingga 7,5 km dari puncak Gunung Agung yang hingga kini berstatus siaga. (ANTARA/Nyoman Budhiana)
Denpasar (ANTARA News) - Masyarakat di wilayah zona berbahaya Gunung Agung sudah melakukan pengungsian ke wilayah Kecamatan Rendang sejak Kamis (21/9) dini hari, setelah warga setempat merasakan gempa.
Menurut relawan pengungsian Wijay di konfirmasi melalui Whatsapp, dari Denpasar, Kamis mengatakan telah terjadi gelombang pengungsian dari daerah rawan bencana ke wilayah zona aman, seperti ke Desa Rendang, Menanga, Nongan, Pesaban, bahkan ada ke Kabupaten Klungkung.
"Pengungsi berbondong-bondong menyusul terjadi gempa berturut-turut. Walau getaran gempa itu tidak keras, namun ada kekhawatiran warga terkena dampak bencana Gunung Agung sehingga memilih meninggalkan desanya," ujarnya.
Ia mengatakan warga yang mengungsi tersebut berasal dari Banjar Temukus, Desa Besakih. Ada juga dari Banjar Pejeng. Sedangkan pengungsi yang bergerak ke Desa Nongan dan sekitarnya menurut informasi berasal dari Banjar Sebudi.
"Kalau secara resmi imbauan dari pemerintah belum ada untuk pengungsian. Namun demikian semua desa zona aman dari bencana sudah menyiapkan tempat untuk penampungan warga yang mengungsi," ucapnya.
Sementara itu, Bendesa (Ketua Adat) Pakraman Nongan I Gusti Ngurah Wiryanata mengatakan sejak Gunung Agung ditetapkan level III (siaga) oleh Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, pihaknya sudah berkoordinasi dengan aparat desa untuk menyiapkan penampungan pengungsi.
"Kami selaku prajuru (pengurus) desa adat dan warga masyarakat secara sukarela sudah mempersiapkan fasilitas untuk menampung warga yang melakukan pengungsian terkait antisipasi Gunung Agung meletus," katanya.
Ia mengatakan warga masyarakat Nongan secara sukarela sudah melakukan gerakan kemanusiaan dengan membersihkan tempat penampungan pengungsi, antara lain balai banjar maupun rumah-rumah penduduk yang siap menampung pengungsi tersebut.
"Pengurus banjar dan warga Nongan sudah bergotong-royong mempersiapkan sarana umum yang ada di desa kami, yakni balai banjar di pasang perlengkapan seperti karpet, tikar, penerangan listrik hingga kamar mandi serta dapur umum," ucapnya.
Menurut relawan pengungsian Wijay di konfirmasi melalui Whatsapp, dari Denpasar, Kamis mengatakan telah terjadi gelombang pengungsian dari daerah rawan bencana ke wilayah zona aman, seperti ke Desa Rendang, Menanga, Nongan, Pesaban, bahkan ada ke Kabupaten Klungkung.
"Pengungsi berbondong-bondong menyusul terjadi gempa berturut-turut. Walau getaran gempa itu tidak keras, namun ada kekhawatiran warga terkena dampak bencana Gunung Agung sehingga memilih meninggalkan desanya," ujarnya.
Ia mengatakan warga yang mengungsi tersebut berasal dari Banjar Temukus, Desa Besakih. Ada juga dari Banjar Pejeng. Sedangkan pengungsi yang bergerak ke Desa Nongan dan sekitarnya menurut informasi berasal dari Banjar Sebudi.
"Kalau secara resmi imbauan dari pemerintah belum ada untuk pengungsian. Namun demikian semua desa zona aman dari bencana sudah menyiapkan tempat untuk penampungan warga yang mengungsi," ucapnya.
Sementara itu, Bendesa (Ketua Adat) Pakraman Nongan I Gusti Ngurah Wiryanata mengatakan sejak Gunung Agung ditetapkan level III (siaga) oleh Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, pihaknya sudah berkoordinasi dengan aparat desa untuk menyiapkan penampungan pengungsi.
"Kami selaku prajuru (pengurus) desa adat dan warga masyarakat secara sukarela sudah mempersiapkan fasilitas untuk menampung warga yang melakukan pengungsian terkait antisipasi Gunung Agung meletus," katanya.
Ia mengatakan warga masyarakat Nongan secara sukarela sudah melakukan gerakan kemanusiaan dengan membersihkan tempat penampungan pengungsi, antara lain balai banjar maupun rumah-rumah penduduk yang siap menampung pengungsi tersebut.
"Pengurus banjar dan warga Nongan sudah bergotong-royong mempersiapkan sarana umum yang ada di desa kami, yakni balai banjar di pasang perlengkapan seperti karpet, tikar, penerangan listrik hingga kamar mandi serta dapur umum," ucapnya.
Pewarta: I Komang Suparta
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2017
Tags: