Rupiah Selasa pagi menguat 26 poin
19 September 2017 11:03 WIB
Petugas beraktivitas di Unit Pengelolaan Kas Bank Mandiri di Jakarta. Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Selasa pagi, bergerak menguat sebesar 26 poin menjadi Rp13.229 dibandingkan sebelumnya pada posisi Rp13.255 per dolar Amerika Serikat (AS). (ANTARA FOTO/Widodo S. Jusuf)
Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Selasa pagi, bergerak menguat sebesar 26 poin menjadi Rp13.229 dibandingkan sebelumnya pada posisi Rp13.255 per dolar Amerika Serikat (AS).
Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra di Jakarta, Selasa mengatakan bahwa dolar AS cenderung tertahan pergerakannya menyusul kenaikan harga minyak mentah dunia.
"Harga minyak yang stabil dengan kecenderungan menguat dalam beberapa hari terakhir ini menyurutkan penguatan dolar AS," katanya.
Terpantau harga minyak jenis WTI Crude berada di level 49,93 dolar AS per barel, dan Brent Crude di level 55,39 dolar AS per barel.
Ia mengatakan bahwa rupiah merupakan salah satu mata uang komoditas yang pergerakannya dipengaruhi harga minyak mentah. Harga minyak yang menguat memberi efek positif bagi pergerakan nilai tukar rupiah di pasar valas.
Analis Binaartha Sekuritas Reza Priyambada menambahkan bahwa menjelang pertemuan The Fed yang akan membahas suku bunga The Fed, rupiah bergerak stabil dengan kecenderungan menguat.
"Meredanya ekspektasi kenaikan suku bunga AS seiring laju inflasi AS yang masih di bawah target menahan laju dolar AS," katanya.
Kendati demikian, lanjut dia, pelaku pasar uang tetap harus waspada menyusul indeks harga konsumen AS yang meningkat, kondisi itu membuka potensi bagi The Fed menaikan suku bunganya.
Sementara sentimen dari dalam negeri, ia mengatakan bahwa adanya langkah pemerintah yang akan menyiapkan penguatan serta pembaharuan sistem data dan informasi perpajakan untuk mengatasi berbagai tantangan dalam bidang perpajakan diharapkan dapat direspon positif pelaku pasar sehingga rupiah melanjutkan penguatannya.
Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra di Jakarta, Selasa mengatakan bahwa dolar AS cenderung tertahan pergerakannya menyusul kenaikan harga minyak mentah dunia.
"Harga minyak yang stabil dengan kecenderungan menguat dalam beberapa hari terakhir ini menyurutkan penguatan dolar AS," katanya.
Terpantau harga minyak jenis WTI Crude berada di level 49,93 dolar AS per barel, dan Brent Crude di level 55,39 dolar AS per barel.
Ia mengatakan bahwa rupiah merupakan salah satu mata uang komoditas yang pergerakannya dipengaruhi harga minyak mentah. Harga minyak yang menguat memberi efek positif bagi pergerakan nilai tukar rupiah di pasar valas.
Analis Binaartha Sekuritas Reza Priyambada menambahkan bahwa menjelang pertemuan The Fed yang akan membahas suku bunga The Fed, rupiah bergerak stabil dengan kecenderungan menguat.
"Meredanya ekspektasi kenaikan suku bunga AS seiring laju inflasi AS yang masih di bawah target menahan laju dolar AS," katanya.
Kendati demikian, lanjut dia, pelaku pasar uang tetap harus waspada menyusul indeks harga konsumen AS yang meningkat, kondisi itu membuka potensi bagi The Fed menaikan suku bunganya.
Sementara sentimen dari dalam negeri, ia mengatakan bahwa adanya langkah pemerintah yang akan menyiapkan penguatan serta pembaharuan sistem data dan informasi perpajakan untuk mengatasi berbagai tantangan dalam bidang perpajakan diharapkan dapat direspon positif pelaku pasar sehingga rupiah melanjutkan penguatannya.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2017
Tags: