Kementan siap kembalikan kejayaan kelapa nasional
18 September 2017 16:42 WIB
Ilustrasi - Seorang petani mengambil air nira kelapa dari pohon kelapa di Surwen, Semarang, Jawa Tengah, Senin (6/4). (ANTARA FOTO/Aloysius Jarot Nugroho)
Jakarta (ANTARA News) - Kementerian Pertanian (Kementan) siap mengembalikan kejayaan kelapa nasional yang pada masa lalu pernah menjadi komoditas unggulan Indonesia.
Dirjen Perkebunan Kementan Bambang di Jakarta, Senin, mengatakan, saat ini kondisi kelapa di Indonesia belum optimal dari segi produksi maupun produktivitasnya.
Produktivitas kebun kelapa rata-rata nasional hanya sekitar 1 ton per hektare (ha) dalam satu tahun.
Sedangkan dari segi produksi, pada 2016 sekitar 2,89 juta ton dengan luas areal kelapa 3.566.103 ha, sedangkan pada 2015 produksinya mencapai 2.92 juta ton, sementara luas arealnya sekitar 3.585.599 ha.
"Padahal ada potensi untuk ditingkatkan produksinya dua sampai tiga kali lipat dari kondisi saat ini," ujarnya.
Untuk itu, tambahnya, pemerintah akan melakukan tiga langkah percepatan dalam pengembangan kelapa yakni intensifikasi, peremajaan dan ekstensifikasi tanaman.
Sebelumnya Bambang mengungkapkan, dalam pengembangan kelapa nasional mengalami pelbagai permasalahan.
Permasalahan tersebut antara lain, sekitar 98,97 persen adalah perkebunan rakyat, diusahakan secara monokultur, kepemilikan lahan terbatas dan pemanfaatan belum optimal dengan penerapan teknologi yang terbatas.
"Sehingga produktivitas rendah sekitar 1,1 ton/ha," ujar Dirjen Perkebunan dalam Diskusi Nasional Mengembalikan Kejayaan Kelapa Indonesia di Jakarta, Kamis (14/9) yang digelar Media Perkebunan.
Menurut dia, terjadinya penurunan areal empat tahun terakhir seluas 49.012 ha dan penurunan produksi sebesar 56.410 ton/kopra/tahun, sedangkan tingkat peremajaan dan perluasan dengan volume rata-rata/tahun 15.000 ha/tahun.
Selain itu, tambahnya, keterbatasan dan ketidaktersediannya benih unggul bersertifikat di wilayah pengembangan kelapa.
Untuk menyelesaikan permasalah benih, Kementan akan membangun kebun induk (KI) di daerah sentra kelapa sebagai sumber benih dari varietas unggul.
Sementara itu untuk peningkatan produksi, pihaknya akan mengembangkan areal kelapa di areal tanaman kakao seluas 1,7 juta ha yang berfungsi sebagai penaung.
"Bila 500.000 ha saja tanaman kakao dibuatkan penaung (dengan memanfaatkan) kelapa maka akan ada tambahan luas areal kelapa yang cukup signifikant tanpa perlu membuka lahan baru," katanya.
Demikian, tambahnya, juga pada kopi, ada 1,3 juta ha kebun kopi yang sebagian besar belum dinaungi, seperti di Sumut, Lampung dan daerah sentra kopi lain di tanah air.
"Jika 1 ha perkebunan kopi ada 50 pohon maka tambahan populasi kelapa naik signifikan menggantikan penurunan yang selama ini terjadi," katanya.
Bambang masih optimis produksi kelapa nasional bisa ditingkatkan melalui program peremajaan, intensifikasi dan ekstensifikasi tanaman kelapa.
"Apabila semua strategi ini dilakukan, maka untuk mecapai 5 juta ha kebun kelapa nasional ini dapat terealisasi dalam waktu dekat," katanya.
Dirjen Perkebunan Kementan Bambang di Jakarta, Senin, mengatakan, saat ini kondisi kelapa di Indonesia belum optimal dari segi produksi maupun produktivitasnya.
Produktivitas kebun kelapa rata-rata nasional hanya sekitar 1 ton per hektare (ha) dalam satu tahun.
Sedangkan dari segi produksi, pada 2016 sekitar 2,89 juta ton dengan luas areal kelapa 3.566.103 ha, sedangkan pada 2015 produksinya mencapai 2.92 juta ton, sementara luas arealnya sekitar 3.585.599 ha.
"Padahal ada potensi untuk ditingkatkan produksinya dua sampai tiga kali lipat dari kondisi saat ini," ujarnya.
Untuk itu, tambahnya, pemerintah akan melakukan tiga langkah percepatan dalam pengembangan kelapa yakni intensifikasi, peremajaan dan ekstensifikasi tanaman.
Sebelumnya Bambang mengungkapkan, dalam pengembangan kelapa nasional mengalami pelbagai permasalahan.
Permasalahan tersebut antara lain, sekitar 98,97 persen adalah perkebunan rakyat, diusahakan secara monokultur, kepemilikan lahan terbatas dan pemanfaatan belum optimal dengan penerapan teknologi yang terbatas.
"Sehingga produktivitas rendah sekitar 1,1 ton/ha," ujar Dirjen Perkebunan dalam Diskusi Nasional Mengembalikan Kejayaan Kelapa Indonesia di Jakarta, Kamis (14/9) yang digelar Media Perkebunan.
Menurut dia, terjadinya penurunan areal empat tahun terakhir seluas 49.012 ha dan penurunan produksi sebesar 56.410 ton/kopra/tahun, sedangkan tingkat peremajaan dan perluasan dengan volume rata-rata/tahun 15.000 ha/tahun.
Selain itu, tambahnya, keterbatasan dan ketidaktersediannya benih unggul bersertifikat di wilayah pengembangan kelapa.
Untuk menyelesaikan permasalah benih, Kementan akan membangun kebun induk (KI) di daerah sentra kelapa sebagai sumber benih dari varietas unggul.
Sementara itu untuk peningkatan produksi, pihaknya akan mengembangkan areal kelapa di areal tanaman kakao seluas 1,7 juta ha yang berfungsi sebagai penaung.
"Bila 500.000 ha saja tanaman kakao dibuatkan penaung (dengan memanfaatkan) kelapa maka akan ada tambahan luas areal kelapa yang cukup signifikant tanpa perlu membuka lahan baru," katanya.
Demikian, tambahnya, juga pada kopi, ada 1,3 juta ha kebun kopi yang sebagian besar belum dinaungi, seperti di Sumut, Lampung dan daerah sentra kopi lain di tanah air.
"Jika 1 ha perkebunan kopi ada 50 pohon maka tambahan populasi kelapa naik signifikan menggantikan penurunan yang selama ini terjadi," katanya.
Bambang masih optimis produksi kelapa nasional bisa ditingkatkan melalui program peremajaan, intensifikasi dan ekstensifikasi tanaman kelapa.
"Apabila semua strategi ini dilakukan, maka untuk mecapai 5 juta ha kebun kelapa nasional ini dapat terealisasi dalam waktu dekat," katanya.
Pewarta: Subagyo
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2017
Tags: