Jakarta (ANTARA News) - Kementerian Perindustrian memproyeksikan nilai ekspor industri tekstil dan produk tekstil (TPT) nasional akan tumbuh pesat hingga 15 miliar dollar AS dalam dua tahun ke depan.




Optimisme ini seiring dengan berbagai program dan insentif yang diberikan pemerintah untuk memacu kinerja sektor unggulan tersebut.



“Industri TPT merupakan sektor padat karya berorientasi ekspor. Pada tahun 2019, kami menargetkan ekspornya bisa mencapai 15 miliar dollar AS dan mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 3,11 juta orang,” kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto lewat keterangannya di Jakarta, Sabtu.




Airlangga menyampaikan hal itu ketika menjadi pembicara pada Annual Conference International Textile Manufacturers Federation (ITMF) 2017 di Nusa Dua, Bali, Jumat.



Menurut Airlangga, untuk mencapai sasaran tersebut, dibutuhkan investasi baru dan ekspansi di setiap sektor industri TPT.




“Kami memperkirakan pada saat itu akan ada penambahan kapasitas produksi sebesar 1.638 ribu ton per tahun dengan nilai investasi Rp81,45 triliun dan penyerapan tenaga kerja sebanyak 424.261 orang,” ungkapnya.



Oleh karena itu, lanjut Airlangga, pemerintah fokus menciptakan iklim investasi yang kondusif dengan menerbitkan kebijakan-kebijakan yang dapat memudahkan pelaku industri dalam berusaha di Indonesia. Misalnya, memfasilitasi pemberian insentif fiskal berupa tax allowance dan tax holiday.



“Selain itu, guna meningkatkan daya saing, Kemenperin tengah menjalankan program pendidikan vokasi industri dalam menyiapkan tenaga kerja yang kompeten sesuai kebutuhan di lapangan. Kami juga telah memiliki program Diklat 3in1 untuk operator mesin garmen,” paparnya.



Kemudian, industri TPT nasional sedang didorong agar segera memanfaatkan teknologi digital seperti 3D printing, automation, dan internet of things sehingga siap menghadapi era Industry 4.0.




Upaya transformasi ini diyakini dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas, selain melanjutkan program restrukturisasi mesin dan peralatan.



Airlangga menambahkan, pemerintah juga berupaya membuat perjanjian kerja sama bilateral dengan Amerika Serikat dan Uni Eropa supaya memperluas pasar ekspor TPT lokal.




“Saat ini dalam proses negosiasi untuk bilateral agreement tersebut, karena bea masuk ekspor produk tekstil Indonesia masih dikenakan 5-20 persen, sedangkan ekspor Vietnam ke Amerika dan Eropa sudah nol persen,” tuturnya.



Selain itu, lanjutnya, Kemenperin terus berkoordinasi dengan pihak berwenang untuk mengatasi impor ilegal produk TPT dalam bentuk borongan.




“Kami juga akan perhatikan dan ada tindakan tegas untuk impor baju bekas yang masuk melalui pelabuhan ‘tikus’,” imbuhnya.



Airlangga optimistis, industri TPT nasional mampu berdaya saing global. Pasalnya, sektor andalan ini telah terintegrasi dari hulu sampai hilir dan produknya dikenal memiliki kualitas yang baik di pasar internasional.




“Khusus untuk industri shoes and apparel sport, kita sudah melewati China. Bahkan, di Brazil, kita sudah menguasai pasar di sana hingga 80 persen,” ujarnya.