Bekasi jadi lokasi penerapan aspal plastik, ditinjau Menteri Luhut dan Basuki
16 September 2017 11:10 WIB
Ilustrasi - Petugas mengoperasikan alat berat saat pengaspalan di Jalur Pantura kawasan Gemuh, Kendal, Jawa Tengah, Minggu (28/5/2017). (ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A)
Jakarta (ANTARA News) - Bekasi menjadi lokasi kedua penerapan teknologi aspal plastik yang digagas Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dalam rangka mengatasi sampah plastik.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan dan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono melakukan tinjauan lapangan penerapan teknologi campuran beraspal menggunakan limbah plastik yang diujicoba di Jalan Sultan Agung, Bekasi, Sabtu.
Menko Luhut dalam siaran pers di Jakarta, Sabtu, mengaku bangga dengan hasil karya anak bangsa dalam penelitian pemanfaatan sampah plastik sebagai campuran aspal jalan itu.
"Saya apresiasi Kementerian PUPR, Bapak Basuki, atas kerja bersama ini," ujarnya.
Menteri Basuki mengatakan masih dibutuhkan banyak mesin pencacah plastik untuk proyek aspal plastik ini. Dukungan untuk masalah mesin pencacah plastik ini, menurut dia, sudah didapatkan dari Kementerian Perindustrian.
Penelitian mengenai pemanfaatan limbah plastik untuk bahan campuran aspal sudah dimulai sejak 2008 oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat dan diinisiasi dari Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman.
Penelitian tersebut dilanjutkan kembali pada awal 2017. Referensi penelitian serupa sudah dilakukan di India.
Berdasarkan hasil kajian di laboratorium pada 2017, campuran beraspal panas dengan bahan tambah limbah plastik menunjukkan peningkatan nilai stabilitas Marshall 40 persen dan lebih tahan terhadap deformasi dan retak lelah pada kadar limbah plastik tertentu dibandingkan dengan campuran beraspal panas standar.
Pemanfaatan limbah plastik sebagai bahan tambah pada campuran beraspal panas adalah salah satu solusi bagi permasalahan limbah plastik yang merupakan wujud dari kepedulian terhadap lingkungan.
Program tersebut sejalan dengan komitmen oemerintah yang disampaikan Presiden Joko Widodo pada saat pertemuan G-20 untuk mengurangi sampah plastik laut sebesar 70 persen hingga tahun 2025.
Program itu juga sejalan dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019 di mana Indonesia akan membangun 2.600 km jalan nasional, 1.000 km jalan tol dan pekerjaan pemeliharaan di semua wilayah dengan kebutuhan aspal sekitar 1,5 juta ton/tahun.
Dengan teknologi campuran aspal plastik, 1 km jalan membutuhkan 2,5 sampai dengan 5 ton limbah plastik, tergantung lebar dan ketebalan jalan.
Teknologi campuran aspal plastik telah diujicoba di jalan lingkungan Universitas Udayana Bali sepanjang kurang lebih 700 meter pada 18-29 Juli 2017.
Setelah ujicoba yang sukses di Bali, Bekasi adalah lokasi penerapan untuk jalan nasional yang pertama. Penerapan serupa juga akan digelar di jalan nasional di Jakarta, Surabaya dan Makassar.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan dan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono melakukan tinjauan lapangan penerapan teknologi campuran beraspal menggunakan limbah plastik yang diujicoba di Jalan Sultan Agung, Bekasi, Sabtu.
Menko Luhut dalam siaran pers di Jakarta, Sabtu, mengaku bangga dengan hasil karya anak bangsa dalam penelitian pemanfaatan sampah plastik sebagai campuran aspal jalan itu.
"Saya apresiasi Kementerian PUPR, Bapak Basuki, atas kerja bersama ini," ujarnya.
Menteri Basuki mengatakan masih dibutuhkan banyak mesin pencacah plastik untuk proyek aspal plastik ini. Dukungan untuk masalah mesin pencacah plastik ini, menurut dia, sudah didapatkan dari Kementerian Perindustrian.
Penelitian mengenai pemanfaatan limbah plastik untuk bahan campuran aspal sudah dimulai sejak 2008 oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat dan diinisiasi dari Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman.
Penelitian tersebut dilanjutkan kembali pada awal 2017. Referensi penelitian serupa sudah dilakukan di India.
Berdasarkan hasil kajian di laboratorium pada 2017, campuran beraspal panas dengan bahan tambah limbah plastik menunjukkan peningkatan nilai stabilitas Marshall 40 persen dan lebih tahan terhadap deformasi dan retak lelah pada kadar limbah plastik tertentu dibandingkan dengan campuran beraspal panas standar.
Pemanfaatan limbah plastik sebagai bahan tambah pada campuran beraspal panas adalah salah satu solusi bagi permasalahan limbah plastik yang merupakan wujud dari kepedulian terhadap lingkungan.
Program tersebut sejalan dengan komitmen oemerintah yang disampaikan Presiden Joko Widodo pada saat pertemuan G-20 untuk mengurangi sampah plastik laut sebesar 70 persen hingga tahun 2025.
Program itu juga sejalan dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019 di mana Indonesia akan membangun 2.600 km jalan nasional, 1.000 km jalan tol dan pekerjaan pemeliharaan di semua wilayah dengan kebutuhan aspal sekitar 1,5 juta ton/tahun.
Dengan teknologi campuran aspal plastik, 1 km jalan membutuhkan 2,5 sampai dengan 5 ton limbah plastik, tergantung lebar dan ketebalan jalan.
Teknologi campuran aspal plastik telah diujicoba di jalan lingkungan Universitas Udayana Bali sepanjang kurang lebih 700 meter pada 18-29 Juli 2017.
Setelah ujicoba yang sukses di Bali, Bekasi adalah lokasi penerapan untuk jalan nasional yang pertama. Penerapan serupa juga akan digelar di jalan nasional di Jakarta, Surabaya dan Makassar.
Pewarta: Ade Irma Junida
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2017
Tags: