Tumbangnya Gregoria pupuskan asa tunggal putri di Korea
14 September 2017 21:32 WIB
Gregoria Menang Atas Chen Yufei Pebulu tangkis tunggal putri Indonesia Gregoria Mariska Tunjung mengusap keringat saat melawan pebulu tangkis tunggal putri Cina Chen Yufei dalam babak pertama BCA Indonesia Open 2017, Jakarta, Selasa (13/6/2017). Gregoria menang atas Chen Yufei dengan skor 17-21, 21-19 dan 21-19. (ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan) ()
Jakarta (ANTARA News) - Gregoria Mariska Tunjung masih belum berhasil menjejakkan kaki ke perempat final turnamen bulu tangkis Korea Terbuka 2017 yang mengakibatkan nomor tunggal putri harus memupuskan harapannya di SK Handball Stadium, Seoul, Korea Selatan.
Atlet tunggal putri Pelatnas PBSI Cipayung ini harus terhenti di putaran dua, usai menelan kekalahan dari wakil Hong Kong Yip Pu Yin dalam pertarungan dua gim selama 35 menit yang berkesudahan 16-21, 14-21, tulis laman resmi Federasi Bulu Tangkis Dunia (BWF), Jakarta, Kamis.
Grego mengakui kekalahannya akibat kesalahannya sendiri yang masih kurang cepat pergerakan kakinya sehingga telat mengambil bola dari lawan.
"Tadinya mau minimal delapan besar, karena saya lihat draw-nya sepertinya bisa. Namun akibat kesalahan sendiri saya harus menerima kenyataan ini. Ke depannya saya harus cepat perbaiki diri dan harus menambah power saya," kata Grego dalam keterangannya.
Menanggapi hasil ini, pelatih tunggal putri Minarti Timur menilai selain unggul jam terbang dan pengalaman yang menyebabkan pemain Hong Kong lebih bisa mengontrol permainan, dia mengakui anak didiknya mengalami tekanan yang berbeda dari pertandingan sebelumnya.
"Kemarin lawan Busanan dia mainnya satu-satu, ini dia main menyerang terus. Depannya dicepetin, belakang dia smash. Grego bingungnya di situ, kemarin dia bisa megang depannya, tapi kali ini nggak bisa. Saya bilang ke Grego kalau kamu kalah di depan, coba main belakang. Tapi dia nggak berani karena anginnya kencang, mungkin takut keluar. Harusnya dia berani coba. Karena kalau dia memaksa polanya seperti itu terus, dia akan kalah, sebenarnya dia harus berani berubah sedikit," ucap Minarti.
Di gim kedua, lanjut Minarti, sebenarnya Gregoria mempunyai peluang untuk mencuri kemenangan akan tetapi pola permainan Gregoria yang tidak berani berubah, membuat lawan memperoleh keuntungan.
"Gim kedua lawan semakin percaya diri dan tambah enak. Padahal lapangan gim kedua lebih enak buat Grego. Kalah angin, dia bisa menekan. Itu pun Grego masih tidak berani, pengennya ngadu depan terus," tutur mantan atlet era tahun 1990-an ini.
Kendati demikian dia mengapresiasi capaian Grego sejauh ini, hanya memang lawan yang dihadapinya lebih matang dan berpengalaman.
"Dari pertandingan ini Grego pastinya mendapat banyak pengalaman. Dia harus berani berubah dan harus berani mencoba. Biarpun susah ya tetap harus berani. Kalau nggak dia akan terus ketekan dan nggak bisa bangkit," ujar Minarti.
Dengan hasil yang dicapai Gregoria ini, Indonesia dipastikan tidak memiliki lagi wakil nomor tunggal putri di kejuaraan berlabel Super Series tersebut setelah sebelumnya Fitriani harus tersingkir di putaran pertama pada Rabu (13/9).
Fitriani tidak mampu melewati hadangan pertamanya yang datang dari wakil Jepang Sayaka Sato dalam pertarungan dua gim yang berkesudahan 11-21, 7-21.
Atlet tunggal putri Pelatnas PBSI Cipayung ini harus terhenti di putaran dua, usai menelan kekalahan dari wakil Hong Kong Yip Pu Yin dalam pertarungan dua gim selama 35 menit yang berkesudahan 16-21, 14-21, tulis laman resmi Federasi Bulu Tangkis Dunia (BWF), Jakarta, Kamis.
Grego mengakui kekalahannya akibat kesalahannya sendiri yang masih kurang cepat pergerakan kakinya sehingga telat mengambil bola dari lawan.
"Tadinya mau minimal delapan besar, karena saya lihat draw-nya sepertinya bisa. Namun akibat kesalahan sendiri saya harus menerima kenyataan ini. Ke depannya saya harus cepat perbaiki diri dan harus menambah power saya," kata Grego dalam keterangannya.
Menanggapi hasil ini, pelatih tunggal putri Minarti Timur menilai selain unggul jam terbang dan pengalaman yang menyebabkan pemain Hong Kong lebih bisa mengontrol permainan, dia mengakui anak didiknya mengalami tekanan yang berbeda dari pertandingan sebelumnya.
"Kemarin lawan Busanan dia mainnya satu-satu, ini dia main menyerang terus. Depannya dicepetin, belakang dia smash. Grego bingungnya di situ, kemarin dia bisa megang depannya, tapi kali ini nggak bisa. Saya bilang ke Grego kalau kamu kalah di depan, coba main belakang. Tapi dia nggak berani karena anginnya kencang, mungkin takut keluar. Harusnya dia berani coba. Karena kalau dia memaksa polanya seperti itu terus, dia akan kalah, sebenarnya dia harus berani berubah sedikit," ucap Minarti.
Di gim kedua, lanjut Minarti, sebenarnya Gregoria mempunyai peluang untuk mencuri kemenangan akan tetapi pola permainan Gregoria yang tidak berani berubah, membuat lawan memperoleh keuntungan.
"Gim kedua lawan semakin percaya diri dan tambah enak. Padahal lapangan gim kedua lebih enak buat Grego. Kalah angin, dia bisa menekan. Itu pun Grego masih tidak berani, pengennya ngadu depan terus," tutur mantan atlet era tahun 1990-an ini.
Kendati demikian dia mengapresiasi capaian Grego sejauh ini, hanya memang lawan yang dihadapinya lebih matang dan berpengalaman.
"Dari pertandingan ini Grego pastinya mendapat banyak pengalaman. Dia harus berani berubah dan harus berani mencoba. Biarpun susah ya tetap harus berani. Kalau nggak dia akan terus ketekan dan nggak bisa bangkit," ujar Minarti.
Dengan hasil yang dicapai Gregoria ini, Indonesia dipastikan tidak memiliki lagi wakil nomor tunggal putri di kejuaraan berlabel Super Series tersebut setelah sebelumnya Fitriani harus tersingkir di putaran pertama pada Rabu (13/9).
Fitriani tidak mampu melewati hadangan pertamanya yang datang dari wakil Jepang Sayaka Sato dalam pertarungan dua gim yang berkesudahan 11-21, 7-21.
Pewarta: Ricky Prayoga
Editor: Monalisa
Copyright © ANTARA 2017
Tags: