Jakarta (ANTARA News) - Perbedaan Indonesia dan Australia dalam beragam aspek mulai dari sejarah, geografis, etnis, sistem politik hingga perkembangan ekonomi, justru menjadi aset penting bagi hubungan bilateral kedua negara.

"Berbagai perbedaan tersebut harus dapat dimanfaatkan untuk saling melengkapi satu sama lain. Hubungan kedua negara bahkan ibarat suami istri. Meski selalu ada perbedaan, namun memiliki tujuan dan impian hidup yang sama," kata Duta Besar RI untuk Australia, Y. Kristiarto S. Legowo melalui siaran pers KBRI Canberra yang diterima di Jakarta, Rabu.

Hal itu disampaikan saat memberikan sambutan dalam acara Resepsi Diplomatik dalam rangka memperingati HUT ke-72 Kemerdekaan RI yang diselenggarakan di Albert Hall, sebuah gedung bersejarah di ibu kota Australia.

Lebih dari 500 undangan, yang berasal dari beragam kalangan, mulai dari pejabat tinggi, anggota parlemen, pebisnis, akademisi hingga berbagai relasi Australia serta para duta besar negara hadir.

Menurut dubes, sejarah menunjukkan bahwa banyak contoh dimana kedua negara saling bantu dan bersikap sebagai sahabat.

Kesediaan Perdana Menteri Ben Chiefly mewakili Indonesia di Komisi Tiga Negara Dewan Keamanan PBB untuk menengahi konflik dengan Belanda tahun 1947, bantuan Australia saat Indonesia dilanda bencana Tsunami Aceh tahun 2004, dan uluran tangan Tim Disaster Victim Identification (DVI) Indonesia dalam mengidentifikasi korban kebakaran hutan di Victoria tahun 2009, adalah contoh kemitraan sejati kedua negara.

Terkait dengan hal ini, Dubes Kristiarto menekankan perlunya kedua negara untuk terus memupuk kemitraan. "Kita tidak boleh terlena dengan apa yang kita capai selama ini," katanya.

"Apalagi kini kedua negara tengah merampungkan Indonesia-Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement (IACEPA) dan Comprehensive Strategic Partnership (CSP)," katanya menambahkan.

Pada acara Resepsi Diplomatik tersebut, KBRI Canberra juga secara khusus mempromosikan kebhinekaan Indonesia kepada publik Australia yang selama ini menjadi kekuatan dan pemersatu Indonesia.

Hal ini tercermin dari tim Paduan Suara dan pagar bagus serta pagar ayu yang terdiri dari mahasiswa dan pelajar Indonesia di Canberra yang berasal dari berbagai daerah di tanah air, mulai dari Papua, Sumatera, Sulawesi hingga Jawa. Mereka juga mengenakan pakaian khas daerah yang meriah dan atraktif.

Selain untuk memajukan hubungan kedua negara dan dengan korps diplomatik di Canberra, acara Resepsi Diplomatik juga dimaksudkan untuk mempromosikan seni-budaya, kuliner dan pariwisata Indonesia kepada publik Australia serta pencalonan Indonesia sebagai Anggota Tidak Tetap Dewan Keamanan (DK) PBB.