80 % Kerusakan Hutan Dunia Akibat Industri
5 Juni 2007 17:31 WIB
Pekalongan (ANTARA News) - Menteri Kehutanan (Menhut), M.S Kaban, mengatakan bahwa 80 persen kerusakan hutan yang terjadi di dunia selama ini akibat adanya perkembangan industri yang pesat yang membutuhkan lahan-lahan produktif.
"Sebanyak 80 persen kerusakan hutan di dunia disebabkan adanya industri besar-besaran di Amerika," katanya di Pekalongan, Selasa.
Oleh karena itu, ia tidak sependapat dengan pernyataan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) lingkungan hidup Greenpeace yang mengumumkan kepada masyarakat dunia, jika bangsa Indonesia sebagai perusak lingkungan hutan.
"Kenapa Bangsa Indonesia selalu dipojokan dalam kerusakan hutan? Padahal, Amerika justru merupakan negara yang mengambil hasil hutan tidak pernah dipertanyakan," katanya.
Untuk menangkal adanya citra buruk bahwa Indonesia sebagai perusak hutan, ia mengajak masyarakat, agar terus berprestasi terhadap kemajuan lingkungan hutan yang ada di sekitarnya.
"Isu-isu degradasi perusakan lingkungan hutan harus diselesaikan secara bersama dan tidak menyalahkan satu sama lainnya," katanya.
Selain itu, Kaban juga meminta pada lingkungan akademis, agar mengurangi penerapan praktik penebangan kayu hutan dan lebih mengutamakan untuk memberikan contoh pada masyarakat terhadap bagaimanan melakukan penanaman pohon yang baik di kawasan hutan.
Menurut dia, selama ini ada kesan jika kerusakan hutan ini terjadi akibat masyarakat ingin menikmati hasil hutan tetapi tidak ada upaya untuk melakukan penanaman pohon.
"Karena itu, kami setuju jika pengelolaan hutan dilakukan secara bersama dengan pihak perhutani, pemda, dan masyarakat sehingga hasilnya bisa dinikmati untuk masa yang akan datang," ujarnya.
Ia menambahkan, sudah saatnya Bangsa Indonesia untuk tidak menunda perbaikan lingkungan hutan dan tidak perlu menyalahkan masalah kerusakan hutan yang terjadi pada masa lalu.
"Mari kita tunjukan pada bangsa lain jika Indonesia mampu memperbaiki lingkungan, tanpa harus ada bantuan dari negara lain," katanya menambahkan. (*)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007
Tags: