Jakarta (ANTARA News) - Pembangunan kawasan industri perlu dibarengi pendirian sekolah vokasi seperti Politeknik Morowali, Sulawesi Tengah dan Akademi Komunitas Industri Logam di Bantaeng, Sulawesi Selatan untuk penyediaan sumber daya manusia (SDM) yang terampil sesuai kebutuhan industri.




Demikian disampaikan Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto dalam pertemuannya dengan Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong di Singapura.




"Pada tahun ini, kami akan membuka politeknik industri furniture di Kendal, Jawa Tengah. Dan, tahun 2018 nanti, Kementerian Perindustrian memfasilitasi pembangunan politeknik pendukung di kawasan industri Dumai dan kawasan industri Batu Licin," ujar Airlangga melalui keterangannya diterima di Jakarta, Senin.

Dalam pertemuan tersebut, Airlangga didampingi Duta Besar Indonesia untuk Singapura Ngurah Swajaya, menindaklanjuti dan membahas secara teknis mengenai pembicaraan dalam Leaders Retreat antara Presiden RI Joko Widodo dan Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong.




Pertemuan tersebut membahas bidang peningkatan kompetensi SDM serta kerja sama di sektor industri pengolahan yang dapat menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan kesejahteraan kedua negara.

Pada kesempatan itu, Airlangga juga menyampaikan apresiasi dan terima kasih kepada Pemerintah Singapura atas penyelenggaraan Leaders Retreat yang berjalan sukses dalam rangka peringatan 50 tahun hubungan diplomatik Indonesia-Singapura.

"Beberapa poin yang juga dibicarakan, antara lain fokus upaya merevitalisasi kawasan industri di Batam agar bisa menampung industri pengolahan yang bernilai tambah tinggi terutama di sektor elekronika, digital dan MRO," papar Airlangga.

Airlangga menyebutkan, tiga fokus yang perlu dikembangkan di politeknik saat ini, yaitu memanfaatkan pengembangan ekonomi dengan kemajuan artificial intelligent, robotic, dan 3D printing.




Hal tersebut dibutuhkan untuk lini produksi manufaktur modern, pengembangan inovasi produk makanan, minuman dan food safety, serta pengembangan vokasi.

Airlangga juga menjelaskan, salah satu bukti sinergi antara pelaku industri Indonesia dengan Singapura yang telah dilakukan adalah melalui kerja sama PT Jababeka Tbk dan Sembcorp Development Ltd dalam pengembangan Kawasan Industri Kendal (KIK), Jawa Tengah dengan standar internasional.




"Sampai Agustus 2017, realisasi nilai investasi di KIK telah mencapai Rp4,7 triliun dengan 33 investor yang berasal dari Indonesia, Singapura, Malaysia, China dan Jepang dengan menyerap 5.000 tenaga kerja," sebutnya.

KIK yang diresmikan oleh Presiden Jokowi dan PM Singapura Lee Hsien Loong pada 14 November 2016 lalu, ditargetkan menyerap potensi investasi hingga Rp200 triliun dan tenaga kerja sebanyak 500 ribu orang.




"Sesuai komitmen dengan Presiden Jokowi, Singapura ingin tumbuh bersama melalui proyek-proyek yang dijalankan bersama seperti di Batam dan Kendal yang nantinya dapat direplikasi di daerah lain di Indonesia," ujarnya.

Airlangga menegaskan, Singapura merupakan mitra strategis dan investor terbesar di Indonesia. Pada 2016 lalu, nilai investasi dari Negeri Singa ini tercatat mencapai 9,2 miliar dollar AS atau di atas Jepang dan Tiongkok dengan memiliki 5.874 proyek.

Kemenperin mencatat, nilai investasi Singapura sebesar 30,9 persen dari total investasi asing di Indonesia pada sektor industri.




Investasi tersebut menciptakan pembukaan lapangan kerja baru sebanyak 126.293 orang.




"Bahkan, Singapura tengah mengeksplorasi kesempatan investasi pada sektor industri di wilayah luar Jawa," ungkap Airlangga.