Jakarta (ANTARA News) - Kementerian Pertanian mengajak para petani tidak sekadar bekerja di ladang alias sektor hulu semata, tetapi beranjak dan merambah sektor hilir dalam arus industri pertaian tersebut.


Pasalnya, menurut Plt Kepala Biro Humas dan Informasi Publik Kementerian Pertanian, Suwandi, yang diterima di Jakarta, Minggu, hilirisasi bakal menyerap jutaan tenaga petani, memberikan nilai tambah dan menyelamatkan jutaan petani di pedesaan menjadi sejahtera.




Hal itu, lanjut Suwandi, tidak lepas dari fakta transformasi ekonomi yang memperlihatkan sektor industri dan jasa semakin tumbuh berkontribusi besar untuk perekonomian, dan secara berangsur menggatikan domiasi sektor pertanian.




Jumlah Rumah Tangga Petani (RTP) yang berada di agka 31,23 juta RTP pada Sensus Pertanian 2003, mengalami penurunan 16,3 persen dalam satu dasawarsa hingga tersisa hanya 26,13 juta RTP pada 2013.


"Proses transformasi ekonomi ini adalah wajar dan semestinya memang begitu. Pada sebagian negara negara maju pun, dulunya juga negara agraris dan bertransformasi menjadi negara industri dan jasa," kata Suwandi.

Meski demikian, transformasi struktural ini tidak serta merta membuat pertanian ditinggalkan. Dalam kondisi tertentu, pertanian menjadi tumpuan akhir ketika sektor lain terjadi masalah.



Sebagai antisipasi, tenaga kerja pertanian mulai bergeser ke usaha hilir pengolahan dengan nilai tambah yang tinggi serta sektor industri dan jasa, sehingga petani yang ada mengelola lahan lebih luas per individu. Selain itu, tenaga digantikan mesin yang lebih efisien sehingga petani lebih sejahtera.

"Proses transformasi ini harus dikelola dan dikawal dengan baik. Mesti dipastikan tenaga kerja yang keluar dari pertanian tertampung ke sektor lain," katanya.

"Mereka harus diselamatkan memperoleh pekerjaan layak, sehingga memiliki penghasilan untuk dapat akses pangan, ini lah yang menjadi perhatian Menteri Pertanian," ujarnya menambahkan.