Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah mengajukan empat skenario kebutuhan subsidi listrik tahun 2007 kepada DPR. Menteri ESDM Purnomo Yusgiantoro dalam raker dengan Komisi VII DPR di Jakarta, Senin malam, mengatakan, keempat skenario tersebut sudah melihat perubahan parameter dalam menghitung asumsi subsidi dan target sambungan baru untuk mempercepat peningkatan rasio elektrifikasi. "Selain itu, skenario itu juga memperhitungkan harga jual listrik rata-rata tetap sebesar Rp621,53 per kWh," katanya. Keempat skenario itu dengan berdasarkan marjin yang berbeda-beda. Skenario pertama adalah kebutuhan subsidi sebesar Rp30,8 triliun dengan marjin nol persen, kedua Rp33,42 triliun dengan marjin 2,5 persen, ketiga Rp36,03 triliun dengan marjin lima persen, dan keempat Rp38,64 triliun dengan marjin 7,5 persen. Dalam APBN 2007, subsidi listrik ditetapkan sebesar Rp25,8 triliun dengan asumsi nilai tukar Rp9.300 per dolar AS, inflasi 6,5 persen, pertumbuhan penjualan listrik 0,51 persen, dan susut jaringan 10,17 persen. Selain itu, asumsi lainnya adalah volume BBM 6,357 juta kiloliter, gas 289.168 MMBTU, batubara 22,176 juta ton, harga minyak mentah 63 dolar per barel, penjualan tenaga listrik 111,94 TWh, dan biaya pokok penjualan (BPP) Rp818,72 per kWh. Sedangkan, perubahan parameter dalam perhitungan skenario kebutuhan subsidi listrik 2007 adalah nilai tukar Rp9.100 per dolar AS, inflasi 6,7 persen, susut jaringan 11,4 persen, pertumbuhan penjualan listrik 6,66 persen, dan penjualan tenaga listrik 118,8 TWh. Selain itu, perubahan lainnya adalah konsumsi BBM 8,864 juta kiloliter, gas 186.984 MMBTU, batubara 21,844 juta ton, harga minyak mentah 60 dolar per barel dan biaya pokok penjualan Rp883,75 per kWh. Sebelumnya, PT PLN (Persero) juga meminta subsidi tahun 2007 menjadi Rp33 triliun dengan target laba Rp3 triliun.(*)