Jakarta (ANTARA News) - Penyair Sapardi Djoko Damono meluncurkan "Manuskrip Sajak" yang berisi corat-coret sajak tulisan tangannya pada periode 1958 hingga 1970-an.




Kumpulan manuskrip Sapardi disusun oleh Indah Tjahjawulan yang membuatnya menjadi seperti album kolase gambar. Semua proses pembuatan buku diserahkan langsung oleh sang sastrawan kepada Indah.




"Saya tidak turut campur dalam pembuatan," kata Sapardi dalam peluncuran di Indonesia International Book Fair 2017, Kamis.




"Itu tulisan anak remaja, cengeng dan ngawur. Enggak usah dibaca enggak apa-apa, tapi gambarnya menarik. Anak muda kalau baca bisa 'wah, Sapardi waktu muda cengeng begini'," seloroh Sapardi, merujuk pada manuskrip sajak-sajak yang ditulisnya saat remaja pada era akhir 1950-an.




Indah awalnya belum tahu akan diapakan corat-coret Sapardi yang berharga itu, tapi dia yakin manuskrip yang sudah dipamerkan di Makassar International Writers Festival tersebut harus didokumentasikan.




"Manuskrip ini penting untuk diketahui karena (isi aslinya) banyak yang berubah saat masuk ke media atau dijadikan buku. Manuskrip ini seperti 'doodling'-nya bapak," kata Indah yang merancang "Manuskrip Sajak".




Membaca manuskrip-manuskrip Sapardi seakan masuk ke mesin waktu, kata Indah, karena perkembangan zaman juga terlihat lewat tulisan-tulisannya.




Bagi Sapardi sendiri, buku berisi sekitar 200 manuskrip sajaknya ini bisa mencerminkan perkembangannya hingga perubahan cara berpikirnya dari masa ke masa.




"Mungkin bisa dibaca sebagai studi di dalam sastra," kata dia.




Selain jadi data sejarah sastra untuk peneliti, buku ini bisa jadi harta karun berharga bagi penikmat puisi Sapardi agar bisa lebih mengenal sang penyair juga artefak budaya untuk masyarakat.




"Manuskrip Sajak" setebal 226 halaman itu mulai dijual di toko buku pada November mendatang.